My Best Blog
Sabtu, 17 Agustus 2013
MERDEKA? hm... ya
68 tahun yang lalu, para pemuda tanah air mendesak Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Yang ahkirnya, tanggal 17 Agustus 1945, bendera Indonesia dikibarkan dan menandakan bahwa pada tanggal itu juga bangsa Indonesia yang tadinya dijajah, pejuang yang mati demi merobek bendera marah putih biru menjadi hanya merah dan putih. Kini, telah terbebas dari belenggu penjajah.
Ya.. merdeka artinya bebas. Tapi.. menurutku apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka? Bisa jadi!! hehehe~
Padahal setelah kemerdekaan, masih ada agresi militer belanda I sama II menandakan bahwa Indonesia memang belum merdeka sepenuhnya, jaman orde lama ke orde baru pun juga banyak masalah. Hingga Indonesia keluar dari PBB dan merasa seperti diasingkan.
Kalau dilihat kali ini, kayaknya pejabat Indonesia enggak 100% hatinya untuk Indonesia. Apa demi gaji yang banyak hingga terjadi korupsi? Bisa Jadi!! wkwkw~ gimana ya? susah mengubah negara yang sudah terinfeksi kasus-kasus korupsi. Karena, dalam keseharian kita pun kita bisa melakukan korupsi walau bukan uang. contohny: korupsi waktu. Susah banget manusia lepas dari korupsi.
Indonesia juga memiliki perbedaan yang sangat banyak. Bahasa, adat, suku, agama dll. Yang membuat Indonesia terlihat indah dimata dunia ya.. karena perbedaan itu dan pastinya ada keanekaragamannya dong.. alam, suaka marga satwanya. Orang luar aja bangga dengan segala perbedaan dan keanekaragaman Indonesia, masak kita warganya sendiri kalah?
Dengan diciptakannya perbedaan. Maka "pastinya" masyarakat Indonesia "harus" punya rasa "cinta" kasih sayang untuk sesamanya. Untuk negara tercintanya. Saya, hanya pelajar yang masih belum bisa berpikir sejauh orang dewasa. Saya belum bisa melakukan apa yang orang dewasa lakukan. Saya masih belajar bagaimana menjalani hidup dengan baik. Saya masih dalam tahap pencarian jati diri. Saya masih belajar bagaimana caranya merubah bangsa ini menjadi lebih baik. Saya masih belajar menjadi remaja penerus bangsa dan memperlihatkan pada dunia seperti apa Indonesia yang sebenarnya.
Saya tidak tahu caranya memberantas korupsi, saya tidak bisa berbicara langsung dengan DPR atau MPR atau bahkan Presiden dan KPK dengan mengatakan, "pak, tolong korupsinya dihentikan." "NO!" tidak segampang itu. Menghentikan korupsi hanya bisa terjadi dari dalam lubuk hati para koruptor agar mereka bertobat dan tidak menyebarkan virus korupsi kepada kawanannya.
Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan, agar negara ini dilindungi dan menjadikan negara ini berkat bagi masyarakatnya beserta negara-negara disekitarnya. Impian untuk menjadi Indonesia kearah yang lebih baik, tidak ada kata "menyerah" disetiap langkah yang kita ambil.
PADAMU NEGRI KAMI BERJANJI, BAGIMU NEGRI JIWA RAGA KAMI
BAGI BANGSA INI KAMI BERDIRI DAN MEMBAWA DOA KAMI KEPADA-MU
SESUATU YANG BESAR PASTI TERJADI KAN MENGUBAHKAN NEGERI KAMI
HANYA PADA-MU TUHAN DITINGGIKAN ATAS SELURUH BUMI.
Happy Independence day for my beloved country. Always be the best among the best country. Stay strong for Indonesian's goverment and keep romantic, talk less do more, also keep cool for chasing the corruptor. I will always love yaa!!! God bless Indonesia for any reasons we made. - love, myself
Jumat, 12 Juli 2013
Sevent Sense (ExoFF)
Tittle:
Seventh Sense
Genre:
Brothership, comedy (?), lilbit tragedy and horror
Lenght:
Oneshot!!
Cast:
Exo’s Kai, Exo’s Suho, Exo’s Sehun
Support
cast: find it!! :p
Rating:
PG-15
NB: haihai :D
*lambai-lambai ala mrs.universe. im bek agein wkwkwk *bangga lu thor?* okelah,
aku sedang mencoba membuat ff dengan pairing yg semoga kalian pada suka, tenang
ini bukan yaoi jadi ff untuk 3 thn kebawahlah *loh?* okehh semoga kalian suka
dan setelah baca, commentnya yaa di
mohon dengannn saaangaaattt:D kalo mau baca Ffku yg lain baca aja di
blogku: www.myeunikeblogger.blogspot.com
*numpang ngeksis* dan pastinya comment juga yee *biar kerasa rame gitu
blogku--“* thanks juga buat admin yang sudah mem-publish-kan ff yang mungkin
sedikit absurd ini. Oya, epep ni terinspirasi dari salah satu film hollywood,
tapi alur, jalan cerita *apa bedanya??* dan pemain pastinya beda okeee!! Maap
bila ada typo-typo dan kawan2nya. Check this out!!
.
.
.
~I keep falling in
love, falling in love
Neoman bomyeon nae maeumi oh oh oh oh
Falling in love falling in love
Neol gatgosipeo na eotteokhae boy~ *author juga black jack hhehe*
Neoman bomyeon nae maeumi oh oh oh oh
Falling in love falling in love
Neol gatgosipeo na eotteokhae boy~ *author juga black jack hhehe*
Sebuah ponsel tergeletak di atas meja kecil disamping ranjang king size super nyaman milik seorang namja yang, yah.. tidak tinggi-tinggi
amat badannya. Ponsel tersebut berdering dengan ringtone lagu sebuah idol group yang baru-baru ini comeback. Sang lelaki berparaskan wajah
tampan ini menggeliat dibalik selimut tebalnya. Maklum saja, karena udara
diluar panas, maka ia menyalakan AC-nya dan malah kedinginan.
“Aissh, siapa sih yang telepon siang-siang begini? Mengganggu
tidurku saja!” gerutunya. “Ya, halo?” “ya!!
Hyung! Kau lupa menjemput adikmu ini, hah?!!” seseorang diseberang sana
tengah berteriak yang membuat lelaki yang masih bermalas-malasan diatas
kasurnya kini menjauhkan ponselnya dari telinganya. “Aww! Suaramu keras
sekali!” “aku kan memintamu menjemput jam
satu siang tepat! Kenapa sampai jam tiga belum kau jemput juga!! Jangan bilang
kau tertidur lagi Suho-hyung?” lelaki yang akrab dipanggil dengan Suho kini
menepuk jidatnya sendiri. “Oh! Maaf aku lupa, ehehhe” Suho hanya tertawa renyah
atau lebih tepatnya tertawa garing. “Baik, baik! Aku akan menjemputmu sekarang
juga!” “ok! Cepat ya hyung, kalau tidak
pasta kesukaanmu akan kubabat habis, aahahha” “hyaa!! Kau di restoran Italy
depan kampusmu? Kenapa tidak bilang?? Jangan habiskan pastanya! Awas kau! Aku
sampai lima menit lagi, wait me!” “ahahhaa, iya! Ku tunggu! Demi pasta-mu!”
Suho segera beranjak dari kasurnya. Kebiasaannya yang setelah
bangun tidur malam maupun siang, ia selalu merapikan kasurnya. Tapi, untuk kali
ini, ia tidak peduli dengan beres atau tidak kasurnya. Tanpa basa-basi dan
tanpa menyikat giginya yang biasa ia lakukan setelah bangun tidur, Suho segera
menyabet ponsel, memakai sepatu yang ia letakkan di kolong tempat tidur dan
keluar menuruni anak tangga. Ia dan adiknya tinggal berdua, ayah mereka sedang
berada di London untuk bisnis otomotifnya dan ibu mereka sedang berada di Paris
untuk bisnis fashion-nya. Memang
kedua orangtuanya sangat sibuk. Saking sibuknya, mengunjungi mereka berdua
hanya setengah tahun sekali, miris memang.
Lelaki ini menaiki mobil hitam legam bermerekkan B*W hadiah dari
ayahnya. Ia terburu-buru dan hampir lupa untuk mengunci pintunya. Sekali lagi,
ia terburu-buru bukan karena menghawatirkan adiknya, tapi menghawatirkan
pastanya agar tidak dilahap oleh adik bungsunya, karena adiknya yang satu lagi
sudah meninggal lima belas tahun yang lalu.
Di dalam mobil, ia mendengarkan lagu favoritnya dan adiknya. Lagu
dari Avanged sevenfold yang berjudul hail to the king. Ia mendendangkan satu
persatu lirik dari lagu tersebut dengan lugas sambil menggerak-gerakkan kepalanya
dan seakan mengibaskan rambutnya. Tiba-tiba, lagu tersebut berganti menjadi lullaby yang mendayu-dayu.
Sampai-sampai, Suho lupa jika ia sedang menyetir. Lullaby tersebut telah berhasil membuat mata Suho yang memang
semenjak ia berangkat kelopak matanya tidak bisa ia ajak kompromi. Tertutuplah
mata tersebut.
At Italian’s food resto
“Katanya lima menit sudah sampai, mana?” lelaki yang tingginya
melebihi Suho tengah menunggu sambil menikmati gellato ice cream-nya. Ia bernama Kim Jong In atau biasa disapa dengan
Kai. Ia memilih tempat duduk disamping kaca jendela luar, agar ia bisa melihat
apakah kakaknya sudah datang atau belum. Kai sudah membayar semua makanannya,
sebenarnya ia sangat tergiur dengan pasta yang disajikan dihadapannya. Sayang,
itu untuk kakaknya. Ia terkadang mencuri-curi beberapa suap dari pasta
tersebut.
“CIITTT.. BRAKKK!” *sorry kalo agak gak elit suaranya hehehe*
Sontak orang-orang disekeliling kejadian tersebut mengalihkan
pandangannya pada dua mobil yang tak bisa dibilang murah ini. Tak terkecuali
Kai yang berada didalam restoran Italy yang memang kejadian ini tepat berada
didepan restoran tersebut. Karena tabrakan tersebut cukup kencang dan sampai ke
gendang telinga Kai. Segera, kepalanya ia putar sembilan puluh derajat kearah
kanan. Iapun ikut beangkit dari tempat duduknya mengikuti penghuni restoran
lainnya. Kai segera keluar dan diterobosnya satu persatu manusia yang ada
dihadapannya. Diamati tiap detail kedua mobil dihadapannya yang depannya sama-sama
remuk. Ia masih curiga dengan mobil B*W hitam legam yang ia rasa seperti mobil
kakaknya, Suho. Begitu banyak orang yang mengerubinginya dan berusaha
mengeluarkan orang yang ada didalam mobil tersebut. Kedua mobil yang sama-sama
berwarna hitam tetapi berbeda merek ini, rusak parah dibagian depannya. Sang
pengemudi juga tak kunjung keluar. Ketika Kai mengintip orang yang mengendarai
B*W lewat jendela gelapnya dengan kedua telapak tangannya menutupi sisi-sisi
matanya. “I.. itu.. hy.. hy..hyung!!!”
teriaknya panik. Dengan cekatan, ia membuka pintu mobil tersebut, untung tidak
dikunci oleh pengendaranya.
Ditarik dan diangkatnya Suho dengan hati-hati. Kai sangat miris
dan merasa bersalah, pasalnya kakak satu-satunya yang ia miliki mengalami
kecelakaan dan membuat kepalanya terbentur dengan darah bercucuran. “Iya! Mungkin dia pingsan! Iya! Ia hanya
berpura-pura pingsan!” pikir Kai miris dalam hati. Tanpa sengaja, ia
meneteskan butiran-butiran kristal karena rangsangan dari otak beserta hatinya
yang amat perih.
“Nak, apakah dia keluargamu?” tiba-tiba, ada seorang lelaki yang
sudah berumur menepuk pundak Kai. “I.. iya ahjussi,
ada apa?” “karena pengemudi kedua mobil ini sama-sama belum sadar, akan aku teleponkan
ambulan dari rumah sakit terdekat” “oiya!!
Ah! Pabo kau Kai! Kenapa tidak telpon ambulan dari tadi?” saking bingungnya
ia dengan keadaan Suho, sampai-sampai ia tidak tahu harus bagaimana. “Baik ahjussi! Terimakasih sekali!” Kai sebenarnya
agak tidak peduli dengan keadaan pengemudi didalam mobil hitam yang satu lagi.
Ia hanya memfokuskan pandangannya pada Suho, kakak yang ia sayangi.
At Gangnam International Hospital
Sirine ambulan sontar terdengar dari jarak beberapa meter. Petugas
UGD yang peka terhadap sirine ambulan itupun mengerti akan isyarat tersebut.
Mereka bersiap didepan ruang UGD dan tengah menunggu mobil ambulan tersebut
parkir dengan tepat.
Dengan dibantu supir, ahjussi
yang menghampiri Kai tadi dan Kai sendiri menurunkan kedua orang pengemudi
mobil hitam yang dikendarai dua orang laki-laki. Salah satunya yaitu Suho.
Mereka segera melarikan kedua pemuda ini masuk kedalam dan segera ditangani.
Kai yang sedihnya makin menjadi, merasa firasatnya sangat buruk kali ini. “Hy.. hy.. hyung, jangan tinggalkan aku
ya, aku takut sendirian dirumah. Kau tahu kan, appa dan oemma pasti
jarang pulang kerumah, dan aku juga tidak ingin ikut mereka pergi ke berbagai
negara. Pasti mereka juga tidak akan memperhatikan aku. Hanya kau yang selalu
bersamaku dirumah, hyung.. hyung..”
Kai terus saja mengomel pada hyung-nya
sambil sesekali menyeka air mata yang jatuh hingga membasahi bagian kerah baju
yang Suho kenakan, seakan hyung-nya
mendengar semua perkataannya. Ia dan beberapa orang lainnya mendorong Suho
masuk ke ruang pemeriksaan agar cepat ditangani.
“Oh, maaf. Anda berdua dilarang masuk kesini” seorang wanita
memakai terusan putih hingga ke lutut dengan dilengkapi topi khasnya. Ya! Ia
adalah seorang suster. Suster tersebut tersenyum kepada si ahjussi tadi dan Kai. Adik Suho satu-satunya ini masih mematung
didepan pintu dan membiarkan air matanya menetes membasahi sedikit bajunya.
“Nak, sudah jangan bersedih. Pria yang juga menabrak salah satu anggota keluarga
mu tadi, ia adalah putraku. Jadi, jangan sedih lagi ya” ahjussi ini menepuk pundak Kai dan tersenyum hangat dan tulus
padanya. “Ah.. ahjussi tidak sedih?”
“ini bukanlah ahkir dari segalanya, nak. Ahjussi
yakin ia akan sembuh. Kau juga harus seperti itu ya! Atas nama anak saya,
saya selaku orang tua meminta maaf atas kejadian ini, ya” “ti.. tidak apa-apa ahjussi.” Kai mencoba menyunggingkan
senyuman tulus. “Baiklah, terimakasih telah memaafkan anakku. Berhentilah
bersedih, berdoa selalu untuknya! Hwating!”
Ahjussi ini mengepalkan tangan
kanannya ke udara dan membuat Kai lagi-lagi menarik ujung-ujung bibirnya
membentuk sebuah senyum indah. “Terimakasih ahjussi
atas penghiburannya” setelah itu, ahjussi
ini pergi meningkalkan Kai yang masih berdiri didepan ruang pemeriksaan.
“Kai, oh.. sorry, hyung”
Kai yang merasa dipanggil dari arah belakang, segera menoleh. “Kenapa kau
disini?” tanya Kai dengan nada yang lesu. “Aku sahabat kau dan kakakmu. Mana mungkin
aku tidak tahu.” Lelaki berperawakan tinggi setara dengan Kai dan memiliki
kulit seputih susu tengah menghampirinya. “Dari siapa kau tahu, Oh Sehun?” “kau
duduk dulu saja, nanti kau capek berdiri terus” ahkirnya, mereka berdua duduk
diruang tunggu. Pandangan mata Kai ketika berbicara dengan Sehun terlihat
kosong. Ia hanya menatap lantai rumah sakit yang putih bersih dan sama sekali
tatapan matanya tidak bertemu dengan tatapan mata Sehun. “Tadi aku masih ada di
kampus, hyung. Dan aku tak sengaja
melihat tabrakan itu, setelah ku amati ternyata itu..” belum selesai Sehun
meneruskan penjelasannya, Kai cepat-cepat memotong. “Sudah, terimakasih.
Penjelasanmu cukup” Sehun juga merasakan apa yang Jong In rasakan dengan
melihat sahabatnya ini dalam keadaan sedih, sedih yang sangat teramat. “Hy.. hyung. Aku juga sedih melihat hal
ini. Tapi, kita berdoa saja yang terbaik buat Suho hyung.” Tiba-tiba, Kai berbalik kearah Sehun dan memandangnya
dengan tatapan nanar. Sehun paling tidak senang jika Kai atau Jong In
sahabatnya menatap dengan tatapan seperti ini. Kai meraih bahu Sehun dan memeluknya
erat, sangat erat. Kai menangis sekencang-kencangnya sambil wajahnya ia
benamkan di pundak Sehun, ia pun tak sengaja mengguncang-guncangkan badan Sehun
dan sedikit-sedikit memukul punggung Sehun keras. “Hyung.. a.. a.. aku tahu k.. kau tak akan pernah meninggalkanku. Hy.. hyung.. ma.. maafkan aku. A.. aku
memang bukan a.. adik yang baik bagimu. Hy..
hyung.. bisakah kau ba.. bangun sekarang dan sem.. sembuh dari luka
kecelakaanmu? Hyung.. hyung.. ja..
jangan tinggalkan aku, HY.. HYUNG!!!!!!!”
Kai menangis sesenggukan.
Sehun sangat pilu mendengar teriak tangis dari sahabatnya. Ia rela
kaos yang ia kenakan basah dengan air mata Jong In. Bahkan ia rela Jong In
melakukan ini padanya. “Jong In hy..
hyung, kau boleh memukulku jika kau menginginkannya. Silahkan pukul
punggungku se.. sekeras mungkin, kalau itu bisa menenangkanmu” Sehun pun ikut
meneteskan butiran kristal dari matanya dan berdoa dalam hati untuk Suho.
3 MONTHS LETTER
Sebagai seorang fotografer, seseorang yang memiliki name tag bertuliskan Kim Jun Myeon.
Sedang menikmati libur musim panasnya. Walau ia libur, tidak henti-henti
imajinasinya untuk mengambil gambar dari sekelilingnya. Ia juga pintar melukis
dan pastinya waktu luang liburan musim panas selama dua bulan ini ia gunakan
juga untuk menyalurkan imajinasi terpendamnya dengan melukis di atas kanvas.
“Sepertinya jika aku ke pantai, banyak objek yang bagus untuk di foto” pikiran
Suho sudah mulai tidak beres.
Dilihatnya arloji di tangannya. Menunjukkan pukul sepuluh pagi. “Krucuk.. krucuk..” suara yang familiar
ditelinganya. Ia tahu jika penghuni di perutnya meminta untuk diisi. “Ah,
enaknya makan dahulu jam segini” Suho mengelus-elus perutnya dan meletakkan camera SLR-nya di meja samping tempat
tidur. Ia melangkah keluar kamar dan menuruni tangga. Berjalan kedapur dan
membuka kulkas sambil memilih-milih bahan makanan apa yang akan ia masak.
“Kenapa tidak ada yang bisa dimasak, sih?” keluhnya. Diseberang sana, tepatnya
ada seseorang lelaki yang sedang duduk didepan TV. “Kai..” sapanya. Yang dipanggil
hanya menoleh dan memilih untuk mengacuhkannya. Kai mengambil remote control TV dan menekan tombol “off” sambil lalu dari depan Tv dan
masuk kedalam kamarnya yang ada di lantai bawah.
“Kai, kau kenapa?” Suho merasa ada yang aneh dari sifat Kai kali
ini. Ia mengejar Kai hingga kedepan kamarnya.
“BLAM!!”
Suara yang ditimbulkan dari dentaman keras pintu kamar Kai,
membuat langkah Suho berhenti beberapa senti dari depan kamar Kai. “K.. kai,
kau kenapa? Ada masalah? Kenapa tiba-tiba seperti ini?”. Masih belum ada
jawaban dari dalam kamarnya. “Baiklah Kai, kalau aku ada salah hyung-mu ini minta maaf dan aku akan
pergi mencari..” “pergilah hyung” Kai
segera memotong perkataan kakaknya. Suho pun hanya bisa berlalu dari depan
kamar Kai dan menunduk lesu. “Mungkin ia
baru saja putus dari pacarnya dan galau, yah.. galau” pikir Suho mencoba
positive.
Suho mencoba merefreshingkan pikirannya. Karena mobil B*W-nya
sudah hancur dan remuk, ia memutuskan untuk berjalan kaki mencari restoran
terdekat. Dari arah kejauhan ada seseorang yang sedang mengamati Suho sedang
menyebrang jalan, ia pun mengikutinya.
Suho merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Ia pun
menoleh. “Tidak ada siapa-siapa” mulai berjalan lagi. “Tap.. tap.. tap..” suara
langkah kaki yang terdengar jelas dari balik arahnya. Ia berbalik lagi. “Hah?
Tidak ada siapa-siapa lagi” Suho mulai merasa ada secret admire yang mengikutinya. Ia pun hanya mengacuhkan dan
tersenyum karena saking percaya dirinya. Tiba-tiba, dihadapannya. “Hyung!!!!” seseorang lelaki yang lebih
tinggi dari dirinya melompat didepannya. “Hyaaaa!!! Setan!!!” Suho yang akan
kabur pun ditahan oleh lelaki ini. “Hyung,
aku bukan setan. Aku Sehun.” Lelaki yang didapati bernama Sehun ini pun
memasang muka yang datar, sangat datar. Melebihi datarnya tembok rumahnya(?).
“Ah, kau ini! Mengagetkanku saja! Aku kira ada seorang wanita secret admire ku yang sengaja mengikuti
aku” “hyung.. hyung. Hari gini masih
terlalu kepedeaan. Please!” “biar
saja!” Suho menjulurkan lidahnya. “Oya, ngomong-ngomong, kau mau pergi kemana?
Ku lihat dari tadi buru-buru sekali.” “aku ingin ke restoran itu” Suho menunjuk
restoran jepang diseberang jalan. “Kau? Kau bis.. ah, hyung mau kesana?” “iya. Kau mau mentraktir aku?” “baiklah, untuk
kali ini aku mentraktirmu” “bagus! Ayo!” ditariknyalah tangan Sehun oleh Suho
dan segera menuju tempat restoran yang dimaksud.
At Japannese resto
“Kau mau makan apa hyung?”
“sushi saja” “yakin? Baiklah aku juga. Minumnya?” “soft drink” “ok” Sehun mengangkat tangannya dan pelayan wanita
restoran tersebut datang menghampirinya dan Sehun menyodorkan kertas menu
tersebut. “Nyaman sekali disini” Suho merenggangkan badannya yang terasa pegal.
“Jelas lah disini nyaman, hyung. Kita
kan memilih tempat duduk yang sofa” jelas Sehun dengan wajah datar, lagi.
Ada seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki yang lewat
didepan mereka berdua. Ia pun menyapa keduanya. “Annyeong..” sapanya sambil bibirnya membentuk lengkungan yang
hangat. “Ah, kau lucu sekali” Sehun mencubiti kedua pipi anak kecil ini.
“Namamu siapa?” Suho menunduk dan bertanya. “Namaku Nobi” “nama yang bagus.
Perkenalkan aku Sehun” Sehun mengulurkan tangannya sambil tersenyum dan Nobi
menjabat dengan tangan mungilnya. Kini giliran Suho yang mengulurkan tangan dan
tersenyum sambil memperkenalkan dirinya. “Hai Nobi. Namaku Suho” Nobi menjabat
tangannya. “Hyung, kenapa tangan hyung dingin sekali, kan sekalang musim
panas?” ia bertanya dengan aksen celatnya, “ah, masak?” “iya, menulutku sih”
Sehun tertawa, “cara bicaramu lucu, Nobi” “hyung,
aku mau kesana dulu ya, babay~” Nobi
berangsur pergi dan tidak lupa melambaikan tangan pada Suho dan Sehun.
Merekapun membalasnya.
Suho memicingkan mata ketika melihat bocah itu menggandeng
seseorang tapi yang digandenggnya tidak terlihat. “Hey Sehun!” “ya?” Sehun
memalingkan wajahnya kearah Suho. “Anak itu pulang bersama siapa?” “oh, anak
itu pulang bersama ibunya” “ibunya?” tanya Suho bingung. “Bukannya ia sendiri?
Ia terlihat tidak menggandeng si..” Suho belum menyelesaikan kalimatnya dan
sudah dipotong oleh Sehun. “Ia bersama
ibunya. Sudah kutebak kau tidak akan bisa melihat ibunya. Apakah kau sudah
lupa?” Sehun bertanya balik. “Lupa apa?” “kalau aku memiliki sixth sense dan anak kecil juga
kebanyakan memiliki hal itu” “jadi? Maksudmu, ibunya sudah meninggal begitu?”
Sehun hanya mengangguk. Bulu kuduk Suho berdiri seketika. “Siang-siang dan panas-panas begini, ada juga hantu yang nongol
ternyata” pikirnya sedikit aneh.
Sang pelayan restoran bersama makanan yang mereka pesan telah
datang. “Tuan, ini pesanan anda” katanya dengan aksen yang sopan. Pelayan
itupun segera beranjak kembali ketempatnya. Sebelum itu, “Pelayan! Pelayan!”
panggil Suho. Tapi, nampaknya pelayan itu tidak mendengar karena ia tidak
menoleh sedikitpun dan terus berjalan. “Biar aku yang panggil saja hyung! Kau mau apa?” “oh, baiklah. Aku
jadi merepotkanmu. Aku mau tambah air mineral saja” “Pelayan!” panggil Sehun
sambil mengangkat lengan kanannya. “Oh, iya tuan, ada yang bisa saya bantu?”
pelayan tersebut mengubah arah jalannya dan berjalan ke meja mereka. “Aku pesan
satu air mineral ya. Thanks!” “baik!”
dan pelayan itu setelah beberapa menit kembali lagi sambil membawakannya
sebotol air mineral, dingin pula. Sangat cocok untuk udara panas seperti saat
ini.
“Kunupu juku kuu yung mumunggul, duu munuluh, kutuku uku yung
mumunggul, iu tuduk munuluh? (kenapa jika kau yang memanggil dia menoleh,
ketika aku yang memanggil, ia tidak menoleh?)” tanya Suho sambil mengunyah
sushi-nya. “Telan dulu hyung” Sehun
tertawa melihat mulut lelaki yang duduk berhadapan dengannya penuh dengan
makanan hingga hampir keluar. Suho segera menelan makanannya dan mengulang
pertanyaannya lagi. Sehun-pun hanya menggindikkan bahunya. Waktu dua jam mereka
habiskan dengan canda tawa dan makan. Yah, walaupun orang-orang disekitarnya
merasa aneh dengan mereka. Let them
happy, right?
At Gangnam street
“Sehun, mau kah kau menemani aku jalan-jalan kali ini?” “baiklah,
memangnya ada apa? Kau tak ingin pergi kepantai dan mengambil gambar
wanita-wanita cantik disana?” goda Sehun. “Ah, dari pada dosaku bertambah.
Lebih baik aku jalan-jalan di sekitar sini bersama mu” “bagaimana dengan Kai hyung?” seketika itu juga Suho menunduk
lesuh dan menghela nafas berat. “Ada apa
hyung? Ada masalah dengannya?”
“entahlah. Dia semakin berubah. Tak pernah mau bertemu denganku” Suho
menggindingkan bahunya. “Aku tak pernah berbicara lagi dengannya. Melihatnya
saja hanya lima menit setiap hari. Apa kau punya solusi? Atau kau tahu penyebab
Jong In jadi seperti itu?” “A.. aku tidak tahu hyung, maaf. Em, mungkin kau bisa memakai caraku” “apa itu?” Suho
dengan cepat menoleh kearah Sehun dengan mata berbinar-binar yang sebenarnya
membuat Sehun sedikit, err.. merasa seram. “Hyung,
jangan menatapku seperti itu” katanya sambil menambah jarak diantara mereka.
Karena wajah Suho begitu dekat dengan wajahnya. “Oh, baiklah. Apa solusimu?”
“begini hyung, dulu aku juga pernah
marahan dengan Luhan hyung
sampai-sampai ia tidak ingin berbicara padaku.” Sehun mengingat masa lalunya
dan wajahnya tertekuk seketika. “Oh, yang waktu itu ya?” “ah, sudah lupakan.
Lalu, ketika aku ingin meminta maaf. Aku berbicara padanya ketika ia tertidur.
Dengan seperti itu, ia mendengarmu walau ia sedang tertidur. Begitu saranku, hyung” jelas Sehun panjang lebar.
“Baiklah, akan kucoba. Thank you ya,
Sehunnie.. kau memang adikku yang paling baik” Suho merangkul leher Sehun dan
mengacak-acak rambutnya yang tergerai menutupi dahi dan lehernya. “A.. a..
aku.. a.. aduh.. hy.. hy.. hyung,
awww!!” pekik Sehun. “Oh, hehehe maaf!” Suho hanya bisa tertawa dan
memperlihatkan gigi-gigi yang bisa dibilang putih dan rapi.
“Oya, kau mau menemani ku ke museum itu tidak?” Suho menunjuk
museum nasional diseberang jalan sana. “Em hyung~
kau yakin?” “memangnya kenapa? Mungkin benda-benda disana bisa menjadi objek
fotografi ku” “oh, ba.. baiklah” jawabnya tak yakin. Sehun merasakan hawa-hawa
yang tidak enak, ketika terahkir kali mengunjungi tempat tersebut. “Ok! Ayo!”
Suho merangkul Sehun walaupun dengan agak jinjit. Karena, tahu sendiri, Sehun
lebih tinggi dari pada Suho.
At National Museum
Mereka masuk museum nasional dengan membayar sebesar 10.000 won.
Mahal memang, karena saat ini sedang musim liburan dan banyak pengunjung yang datang.
Mereka melihat-lihat benda-benda antik. Lantai pertama
museum meliputi 10 buah aula yang menampilkan benda-benda prasejarah, seperti
artefak zaman Paleolitikum, Tiga Kerajaan Korea (Silla, Goguryeo, Baekje)
dan Balhae. Di
lantai ke-2, menampilkan karya seni Korea seperti kaligrafi dan
berbagai jenis lukisan klasik. Lantai ke-3
menampilkan berbagai teks Buddhis, keramik,
karya seni dari metal serta artfefak dari Cina, Jepang, India, Indonesia dan Asia Tengah. *diambil
dari wikipedia, search: museum nasional korsel :D*
Ketika
Sehun dan Suho menaiki lantai dua yang terdapat kaligrafi dan berbagai jenis
lukisan klasik. Bulu kuduk Sehun mulai berdiri. Sedangkan Suho? Ia
tenang-tenang saja, bahkan ia sibuk mengambil gambar lukisan-lukisan yang
terpampang cetar membahana(?) di dinding yang dominasi warna putih. Ketika
Sehun sedang menunggu Suho mengambil sudut pandang untuk kamera ponselnya, ia
hanya terdiam mematung jauh dibelakang Suho. “Hey! Sehunna kau kenapa berdiri
disitu? Kemarilah!” Sehun hanya menunduk tidak berani menatap Suho. “Ya!!
Kenapa kau diam?” “ah, tidak apa-apa kok hyung.
Lanjutkan saja!” Suho mendekat kearah Sehun dan ia pun menggaet Sehun paksa
mendekat kelukisan seorang wanita yang akan Suho abadikan gambarnya.
Sehun
masih menunduk menatap lantai. “Sehun? Are
you ok?” Sehun hanya mengangguk. Suho ahkirnya berhasil mendapatkan sudut
pandang yang pas dan mengambil gambar lukisan tersebut. Ia beralih ke lukisan
diseberangnya. Lukisan klasik yang Suho dan Sehun pun tidak tahu apa arti dan
maknanya. Rumit pikir mereka. Bulu kuduk Sehun kembali berdiri dan tubuhnya
mengucurkan keringat dingin hebat. Kali ini ada yang menyentuh pundaknya.
Padahal ia tahu dibelakangnya tidak ada siapa-siapa. Suho yang masih sibuk dengan
aksinya tidak memperdulikan Sehun. Dikeluarkannyalah ponsel bermerek apel yang
tengah dimakan setengahnya dan ia melihat pantulan seorang wanita tinggi
mengenakan pakaian serba putih dibelakangnya. “Ma.. mau apa di.. dia?” batinnya takut. “Kenapa ia tak juga menyingkir, aku kan risih!” ia tak sengaja
menghentakkan kakinya.
“Suho
hyung.. bisakah kita pulang sekarang
juga?” Sehun tampak tak bergerak dari tempat berdirinya. “Kenapa? Kau sakit
ya?” Suho meraba-raba wajah Sehun. “Ti.. tidak hyung. Aku hanya ingin pulang” Sehun menepis tangan Suho dengan
halus. “waeyo?” Sehun dengan cepat
menggeret Suho menjauhi lukisan sedikit abstrak tadi. “A.. aku.. aku..” “aku
apa?” “aku melihatnya!” “melihat apa?” “i.. itu.. i.. itu.. wa.. wanita”
telunjuk kiri Sehun menunjuk kearah dimana ia berdiri tadi. “Tidak ada
siapa-siapa disana Sehun-ah. Jangan buatku parno sendiri. Jangan bercanda!”
“aku tidak bercanda hyung, ini
serius!” Sehun sedikit berbisik keras. “Memang kau melihat apa?” “wanita itu..
wanita itu.. selalu me.. mengikutiku se.. setiap aku kemari” “are you serious?” Sehun hanya mengangkuk
pelan dan ia memberanikan diri menoleh dan melihat secara detail wanita yang
mengikutinya.
“Wanita
itu, memakai gaun serba putih, berambut panjang, kuku-kukunya yang tajam.
Dengan tinggi menjulang, matanya merah padam dan memiliki senyum licik yang
khas. Kedua sisi bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman yang
memperlihatkan gigi-gigi runcing. Tapi, tarikan bibirnya hingga sampai ke ujung
sisi-sisi matanya. Bibirnya sobek, darah yang mengalir segar dari sudut
bibirnya kini menetes dilantai. Dan ia mulai berjalan mendekat kearah kita”
mereka berdua berpandangan dan.. “LARIIII!!!!” teriaknya histeris.
1st
floor of National Museum
“Huh..
huh.. huh..” duo SS alias Suho dan Sehun terengah-engah karena lari dari
kejaran maut wanita mengerikan tadi. Mereka sedang mencoba menormalkan nafas
yang memburu. Tapi, untuk kedua kalinya Sehun merasakan hawa panas dingin. “Aish, apa lagi ini?” seseorang tengah
berdiri di balik artefak paleolitikum kuno yang terpampang disitu. “Suho hyung..” Sehun lagi-lagi menghela nafas
berat dan mengalihkan pandangannya pada Suho. “A.. apa huh.. huh.. ada.. apa?”
Suho masih sesenggukan mengambil napas. “Lelaki itu lagi” “lelaki siapa? Dan
ada apa lagi?” “dibalik artefak kuno itu” Sehun kembali menggigil ketakutan.
“Kenapa lagi? Jangan bilang kita akan lari lagi?” “sebaiknya begitu” “sebentar
aku masih capek” “di.. di.. dia” “kenapa? Deskripsikan. Jika mengerikan
wajahnya, kita lari lagi. Jika tidak, kita juga lari saja” “dia hanya lelaki
biasa..” Suho menghela napas lega. “Tapi badannya tergantung dengan tali
tambaga dari atas atap sana” “a.. apa? Di.. dia gantung diri?” “iya. Darahnya
bercucuran dari leher dan lidahnya menjulur panjang.” Mereka lagi-lagi
bertatapan dan ahkirnya, “baiklah.. kita.. LARII!!!!” Sehun dan Suho kembali
melangkahkan kaki mereka dengan cepat hingga keluar museum. “Ia kenapa?” tanya
salah satu petugas ketika melihat anak-anak tersebut berlarian. Petugas yang
satunya hanya menggeleng tidak tahu.
“Hyung.. lebih baik aku pulang sekarang!
Aku masih shock! Dan jangan lupa
lakukan saranku tadi! Fighting!”
Sehun masih menumpukan kedua tangannya di kedua lutut dan berlangsung pergi. “Bye hyung~” “terimakasih ya sudah mau
lari-lari bersama denganku dan atas saranmu!” teriak Suho dari jarak beberapa
meter dan Sehun merespon dengan mengangkat ibu jari tangan kanannya ke udara.
At
Their-Suho&Kai- House
Suho
menapakkan kaki dirumahnya. Ia hanya mendengar suara televisi yang dibiarkan
menyala. “Jangan-jangan tv itu menyala
sejak aku pergi meninggalkan tadi?” pikirnya. Segera ia melangkahkan kaki
dan akan meraih remote tv. Tapi keadaan semakin aneh. Tiba-tiba, “pip...”
televisi tersebut padam seketika. Padahal remote tv-nya masih dalam jarak jangkauannya.
“Ke.. kenapa aku merasa horror sendiri? Jangan.. jangan..” pikirannya mulai
kacau gara-gara Sehun tadi. “Aishh.. pasti gara-gara bocah satu itu” Sehun yang
dimaksudkan Suho.
Sebelum
ia melangkah lebih jauh ke kamarnya, ia ingin melihat keadaan Kai. Mengapa ia
sangat dingin terhadap kakaknya. Ia berjalan mendekat tepat didepan pintu kamar
Kai, yang bertuliskan “don’t disturb me
*lambang rolling stone*” “hahaha.. selalu
saja” Suho tersenyum kecil melihat jika ia dulu sering sekali mengganggu
Kai saat ia sedang berada didalam kamar.
Di
raihnyalah gagang pintu berwarna putih transparan alias yang terbuat dari kaca
tersebut. Didorongnya pelan.
“Cklek..”
Hening.
Itu yang dirasakan. Tak ada seorang pun disana. “Apa mungkin Kai sedang ada di
kamarku?” biasanya jika Kai sedang malas atau bosan, ia selalu naik keatas dan
berjalan kekamar kakaknya. Menurutnya, kamar Suho adalah kamar yang perfect. Kamarnya rapih, bersih,
memiliki banyak lukisan apik kakaknya, didominasi warna-warna kalem, nyaman
ditempati, ada AC, TV flat 3D pula, PS milik Kai yang disita orang tuanya dan camera SLR ca*on keluaran terbaru serta
lego milik kakaknya yang sudah tiada, yang disebelahnya diletakkan guci berisi
abu dari tubuh kakaknya dulu yang dibakar.
“Cklek..”
Suara
pintu yang sama. Benar apa katanya, ia menemukan Kai sedang tertidur dengan
kedua tangannya sebagai tumpuan di meja kerja milik Suho. “K.. Kai” panggil
Suho ragu. “...” masih belum ada jawaban. Mungkin ia tidak dengar. Suho
memberanikan diri untuk mendekatinya. Ia ingin sekali memegang pundak Kai, tapi
diurungkannya niatnya dan ia ingat saran dari Sehun tadi.
“Baiklah
Kai, dengarkan aku ya. Aku tidak tahu salahku apa, aku tidak tahu mengapa kau
ahkir-ahkir ini mendiamkan dan bersikap dingin padaku. Maaf, bila aku memiliki
salah yang besar padamu, sekali lagi ma..” “hyung..
mengapa kau meninggalkanku?” Kai bangun dan menyela pembicaraannya. Tapi,
pandangannya masih menatap kosong tembok putih di hadapannya. “A.. aku tidak
meninggalkan mu Kai. Aku selalu bersamamu hingga kini.” “hyung.. kau berbohong! Kau meninggalkanku!” “K.. kai.. a.. aku..”
Suho ingin mendekat kearah Kai. Namun Kai mencegahnya. “Jangan mendekat hyung! Kau tahu aku memiliki sixth sense sama seperti Sehun?” Suho
hanya mengangguk. “Dan ini..” Kai mengangkat kalung yang mereka miliki
sekeluarga. Kalung inisial nama masing-masing. “Hah? Ke.. kenapa?” Suho
meraba-raba dadanya dan ia tidak sadar bahwa ia tidak memakai kalung
keluarganya. Kai berbalik dan menatap Suho tajam. “Ke.. kenapa menatapku
seperti itu?” “maaf hyung, gara-gara
aku kau jadi begini” Kai menunduk dan tak sadar butiran kristal putih dari
sudut matanya membasahi celana jeans yang ia kenakan. “Maaf untuk kejadian
apa?” Suho nampak bingung. “Kecelakaan waktu itu, aku menyuruhmu datang cepat
dan lihat, guci emas disebelah guci perak milik Lay hyung yang sudah meningalkan kita lebih dahulu. Itu adalah milikmu
dan bekas bakaran tubuhmu ada didalamnya” “ma.. maksudmu?” Suho mulai
ketakutan. “Kau.. sudah meninggalkan kami selamanya dan berpulang kerumah Bapa
Yang Maha Kuasa. Bye hyung~ untuk
selamanya” “K.. kai.. ja.. jadi aku su.. sudah ma.. mati?” Kai menatap Suho.
Tergambar dari tatapannya ada rasa haru dan takut. Iya mengangguk. Kai kemudian
terjatuh dari kursinya dan tersungkur di depan Suho. Ia menangis
sekencang-kencangnya. “Hyung..!! kau..
kau tega sekali meninggalkan kami!!
Hyung!! Aku, kami merindukan sosokmu dirumah.. dirumah ini hyung!!” ia tersedu-sedu.
At
japanesse resto
Sehun-pun hanya menggindikkan bahunya. Waktu dua jam mereka
habiskan dengan canda tawa dan makan. Yah, walaupun orang-orang disekitarnya
merasa aneh dengan mereka. Salah seorang pelayan bertanya pada penjaga kasir
disebelahnya. “Hei! Lelaki yang tadi dipanggil Sehun itu sedang berbicara
dengan siapa?” “aku juga tidak tahu. Dia tampan tapi sedikit gila. Berbicara
dan tertawa sendiri.” Pungkas penjaga kasir
At National Museum
“Ia
kenapa?” tanya salah satu petugas ketika melihat anak-anak tersebut berlarian.
Petugas yang satunya hanya menggeleng tidak tahu. “Ia juga sedang berlari
dengan siapa? Apakah lelaki itu gila?” tunjuk petugas tadi pada Sehun. “Molla~” jawab petugas satunya.
Back
to Their House
“Kai,
ayo kita pindah nak. Ayah tidak tega melihatmu sendiri tanpa hyung-mu dan selalu sedih seperti ini”
Kris, ayah dari Suho dan Kai memasuki kamar Suho dan merangkul anaknya
tersebut. “A.. ayah.. can you see me?”
Suho meneteskan air mata dan berusaha untuk meraih ayah yang ia cintai. Kai dan
Kris kemudian berbalik. “Selamat tinggal anak-ku” “selamat tinggal Lay hyung dan pasti Suho hyung” senyum haru merekah diwajah keduanya.
END
Huaaa..
gimana ff nya? Gaje? Absurd? Ato malah alayy? Okelah.. saran, kritik dan
komentar nya ya bokk soalnya aye baru nih .... kata-kata alias nasihat sehun
untuk suho tadi itu juga ada di film hollywood tersebut yang berjudul
jeng..jeng..jeng..jeng.. sixth sense.
Ehehee.. dan maap kalo banyak salah. cerita tersebut hanya fiktif belaka, hanya
akting dan menggunakan bahan-bahan lunak(?) *berasa OVJ aja* terimakasihhh..
annyeong.. muwahh :*
Sabtu, 06 Juli 2013
FAITHFUL exo fanfiction chapter 5
Title: Faithful
Author: EunikeM (@eunike_keke0708)
Cast: Exo-K Chanyeol, F(x) Luna,
Exo-M Kris
Support cast: F(x) Krystal, F(x)
Sulli, Exo-M Lay and.. find it!
Genre: Romance, Frindship, comedy
(?) marriage
Rating: Teen
Lenght: Chaptered
Hoey..Hoeyy
*lambai-lambai* ada yang kangen saya? Pasti ada.. wkwkwk #plak. Okehh ini
memasuki semester lima*emangnya hamilan tor?* hahahah semoga kalian tambah suka
dan harus suka banget wkwkwk walau guwehh rada maksa yee :p oyahh.. jangan lupa
comment, kritik, saran dan terimakasih behuddd sama mimin yg udah nerbitin ni
epep dan maap kalo banyak typooo :* #ciumjauhhh
Ponsel yang ia letakkan diatas tasnya bergetar beberapa kali.
Untung saja getarannya keras. Jadi,
membuat gendangnya tersentuh. Reflek, tangan kanan Luna mengambil ponselnya dan
ia melihat sebuah nama terpampang dilayar ponsel. “Haish, orang ini lagi.”
Dengan malas, ia mengangkat telepon tersebut.
“Aih, yoboseyo?
Ada apa telepon malam-malam?” “kenapa jawabanmu seperti itu?” sesal seseorang
diseberang sana. “Sudahlah, mau bicara apa? Ayah dan ibu sedari tadi mencarimu.
Cepat pulang! Ppaliwaaaa!” teriakan
Luna menggema diseluruh ruangan kamarnya. “Ouhh..ouh.. tahan amarahmu
beauti..uhhuk..ful noona.” “Jangan,
pernah, panggil, aku, dengan, sebutan, noonaaaaa!”
Luna kembali berteriak sambil memberi penekanan pada seluruh kata yang ia
ucapkan. “Kau kan memang lebih tua dariku” “kau sama saja seperti Kris”
“siapa?” “Kris” jawab Luna dingin. “Oh, siapa?” lelaki itu semakin menggoda
Luna, hingga ia kini naik darah. “Layyyy!!! Kau! I hate you and i never ever ever forgive you when you disturb meeee!!!”
untuk ketiga kalinya teriakan Luna menggema diseluruh ruang kamarnya. Hingga
seseorang wanita paruh baya memperingatinya dari lantai bawah.
“Luna! ini sudah malam,
jangan berteriak!” terdengar suara wanita yang tidak lain ialah ibunya sendiri.
Sedang enak-enaknya ibu bersama ayah mengenang masa muda mereka dengan menonton
video pernikahannya di LED TV yang terpampang lebar sebesar sembilan puluh
inchi di ruang tamu. Luna tak menghiraukan sedikitpun teguran ibunya. Ia masih
kesal dengan adiknya Lay, yang ahkir-ahkir ini selalu pulang malam dan mencari
keributan dengannya.
Lay yang berada entah
dimana, tertawa terbahak-bahak setelah kesekian kali ia berhasil menggoda kakak
tercintanya. “Kenapa kau tertawa? Adakah yang lucu, ha?” sahut Luna menantang.
“Ampun-ampun kak, i’m just kidding baby~”
“terserah kau saja, cepat pulang! Ayah dan ibu khawatir denganmu” “baiklah~
kalau kau? Kakak khawatir tidak pada Lay?” “cihh! Sudi kali aku khawatir
denganmu” “kakak jahat!” nadanya terdengar seperti Lay sedang melakukan aegyo-nya yang ia anggap paling imut
diantara yang lain. “Baiklah, aku akan pulang sekarang” “cepat!” segera Luna
menekan gambar gagang telepon berwarna merah di layar ponselnya. Ia melempar
ponselnya kasar kearah yang tidak ia ketahui.
Tiba-tiba, terdengar suara
“Braakk!!” segera Luna menolehkan kepalanya kearah sumber suara. “Aaaa!
Ponselku!” untuk yang keempat kalinya, gadis berusia 22 tahun ini ketagihan untuk
berteriak. “Lunaaaa!! Kecilkan suaramu!” Bergantilah sang ayah yang menuai
protesnya. “Haihhh, ayah dan ibu ini berisik sekali, sedang apa mereka? Tapi,
aduhhhh.. ponsel cantikku” Luna buru-buru mengambil ponsel berwarna putih dan
terdapat lambang yang sama seperti lambang di leptopnya. Untung saja ia
memakaikan ponselnya hard case dan
tidak terdapat cidera yang serius(?). “Untungnya kau tidak apa cantik” ia
mengelus-elus bagian belakang ponselnya dan kini menciumnya.
Tiba-tiba, dari arah sebelah
kiri terdengar suara seperti batu-batu kecil dilempar dan mengenai kaca
jendela. “Tukk! Tukk!” Luna panik dan segera ia menutupi wajahnya dengan
selimut. “A..apa itu ta..tadi?” “tukk! Tukk!” kembali suara lemparan batu kecil
tersebut mengganggu pendengarannya. “Hiyaaa! Suara apa itu?” kali ini tidak
hanya wajahnya yang ditutupi selimut, bahkan tubuhnya bersembunyi dibalik
selimut. Beberapa detik kemudian, ponsel Luna berdering dengan lagu boyband favoritenya, EXO, wolf.
Geurae Wolf, naega
Wolf, Awoo~
Ah, saranghaeyo!
Nan neukdego, neon minyeo
Geurae Wolf, naega Wolf, Awoo~
Ah, saranghaeyo!
Nan neukdego, neon minyeo
Ah, saranghaeyo!
Nan neukdego, neon minyeo
Geurae Wolf, naega Wolf, Awoo~
Ah, saranghaeyo!
Nan neukdego, neon minyeo
Begitu terdengar lirik, “Awoo~” yang terasa seperti suara serigala
betulan, ia kembali melemparkan ponselnya kearah lantai. Baru beberapa menit
setelah itu ia sadar akan perbuatan bodohnya dan segera memungutnya kembali.
Untung, orang entah siapa itu belum mematikan panggilannya. Segera, diangkatnya
dan menempelkan ponsel tersebut ke atas daun telinga kirinya. “Halo, ini siapa
ya?” “aduh.. kakak, aku adikmu. Masak kau tak mengenalku?” “oh, sorry! Aku tak melihat namamu di layar
ponsel. Why?” “aku diluar kak” “hah?
Diluar? Diluar mana?” “aku yang sedari tadi melempari kacamu dengan batu
kerikil” “hah?” Luna beranjak dari duduk bersila diatas kasurnya dan melihat
kearah jendela yang tadi sedikit menyebabkan polusi suara. Dibukanya tirai
jendelanya dan ia melihat kebawah. Terlihat sebuah penampakan lelaki
berperawakan sedikit tinggi mengenakan kaus putih, celana jeans hitam dan
sepatu converse berwarna coklat.
Tapi, ia berdiri membelakangi dimana Luna sedang melihat kearahnya. “Aku tidak
melihatmu” “aku tepat diluar didepan kamarmu kak” “tapi, aku hanya melihat
lelaki yang rambutnya sedikit acak-acakkan dan ia memakai kaus berwarna putih
dan...” “yaaa!! Itu aku kakak!”
tiba-tiba Lay berbalik arah sambil berteriak karena kesal dengan kakaknya yang
pintar pintar tapi juga sedikit.. emmm, lambat berpikirnya.
“Oh, ya maaf”
Luna hanya bisa cengar sana cengir sini dan ia segera keluar kamar, menuruni
tangga, lalu membukakan pintu rumah. Karena, orangtua mereka sudah tertidur
sedangkan jika Lay membangunkan ayah dan ibunya, pasti ia kena marah untuk yang
ke lima kalinya. “Kenapa kau pulang semalam ini lagi?” “memangnya ini malam ya
kak?” Luna heran akan pertanyaan Lay dan ia hanya bisa memiringkan kepalanya.
“Bukannya masih jam sepuluh?” “siapa bilang? Lihat saja jam dinidng itu” Lay
menunjuk jam dinding yang dipaku diatas lemari es. Benar saja, jarum panjangnya
menunjuk ke angka enam dan jarum pendeknya menunjuk ke tengah-tengan antara
angka dua belas dan satu. “Hah? Setengah satu pa..” Lay segeramembungkam mulut
Luna. Penyakitnya “berteriak” mulai kambuh lagi. “Sssttt.. kakak ini sudah
pagi. Nanti orangtua kita marah” Luna segera melepaskan sekapan Lay, sungguh
keterlaluan sekali adiknya ini, tidak hanya membungkam mulut, hidung dan
matanyapun ikut dibungkam. “Lay! Aku tidak bisa bernafas!” Luna berteriak dalam
diam dan adiknya pun hanya tersenyum sambil memperlihatkan gigi-gigi putihnya.
“Yasudah! Cepat ganti bajumu, cuci muka, sikat gigi, masuk dalam kamar, jangan
lupa berdoa sebelum tidur, lalu tidur dan memimpikan aku, oke?” “kak, kau
seperti ibu-ibu yang cerewet. Ibu kita saja tidak secerewet kau!” “apa katamu?”
Lay tiba-tiba menerobos badan Luna dan segera berlari masuk kekamarnya hendak
menghindari amukan kakaknya. “Lay!!!!!”
dari pada Luna berteriak yang membuat seisi rumah bangun, teriakan tersebut
hanya ia batin dalam hati sambil mengepalkan tangannya.
---***---
“Noona, bangun noona” suara yang begitu lembut menyentuh daun telinga Luna,
“euhhh..” ia kini hanya menggeliat diatas tempat tidurnya dan beralih pandangan
menatap seseorang yang ada dihadapannya. “Noona
bangun..” suara itu kini semakin mendayu-dayu masuk ke telinga Luna. Tapi apa
daya? Sang putri kini telah tertidur bahkan makin pulas. Ahkirnya, jurus jitu nan ampuh dilayangkan oleh
seseorang yang suaranya mendayu-dayu tadi. “Chu~”
sebuah kecupan lembut mendarat di atas permukaan pipi Luna yang putih mulus.
Wanita yang tadi sedang berbaring tidur, kini ia menyadari ada sesuatu yang
barusan menempel pada pipinya. “Lembut” pikirnya. Benda yang tak asing lagi
banginya, hingga ia mengerjap-kerjapkan mata, merada pipi kanannya dan,
“hyaaa!!! Lay! Kau mencium ku, ha?” Luna bangkit dan sekarang posisinya duduk
diatas ranjang sambil berteriak shock karena kecupan tadi. “Sstt.... habisnya
kakak tidak juga bangun” Lay hanya bisa tersenyum penuh kepuasan kini. Hal yang
ia damba-dambakan terwujud. Membuat kakaknya terbangun dengan satu kecupan maut
andalannya. Lay kini tertawa puas melihat reaksi kakaknya, Luna. “Lay! K..kau!
Ah, awas kau! Lagi-lagi tak akan ku maafkan!” adiknya kini hanya bisa
menjulurkan lidah dan tiba-tiba membungkam mulut Luna. “Kak, jangan
teriak-teriak lagi. Ada tamu dibawah” segera Luna melepas kedua tangan adiknya
dari acara tindih menindih mulutnya. “Hah? Tamu? Siapa?” “lihat saja dibawah”
“ah, kau ini buatku penasaran saja” tatapan mata Lay seakan berbicara,
lihat-saja-sendiri.
Dari kamarnya,
Luna mendengar suara berat dua orang pria yang mungkin ia kenal. Dengan gusar,
ia turun melalui tangga dengan hanya mengenakan hot pants putih dan tanktop
berwarna merah, sedikit seksi dan vulgar memang untuk menemui dua orang yang
mengunjungi rumahnya kali ini. “Lu..Luna?” seseorang memiliki keperawakan
tinggi yang tengah terduduk diruang tamu bersama kedua orangtua Luna terkejut
dengan pakaian yang dikenakan wanita ini. Beberapa detik kemudian, seluruh
manusia yang terdapat diruang tamu rumahnya kini, menatap Luna dengan tatapan,
Luna-pakaian mu?
“Ah, maaf. Ayah,
ibu dan...” ia menghentikan kalimatnya sambil mengamati dua orang tamu
dihadapannya. Ya! Kedua manusia yang ia benci di kampusnya. “Maaf, Wu seonsaengnim dan.. Kris.” “Astaga, ada
apa mereka kemari dan..” Luna melihat pakaian yang ia kenakan dan segera ia
berlari masuk kedalam kamarnya. Menanggung malu setengah mati. Seksi sekali dia
untuk berhadapan dengan tamu semacam mereka. Kini, tak bisa dipungkiri, pipinya
merah merona karena malu.
---***---
Singkat cerita,
Luna kini tengah berada dihimpitan orang tuanya dan Lay berada disebelah
kirinya. Dihadapannya terpampang dua namja
yang duduk tegap dengan keperawakan yang sedikit.. em, hampir mirip dengan angry bird#plak. “Ada perlu apa bu
mereka berdua datang kemari?” Luna berbisik pada ibunya sambil sesekali melirik
kearah Kris dan ayahnya. “Nanti pasti kau juga akan tahu” “ah ibu!” Luna
berdecak kesal. Sedangkan Lay hanya cengar cengir, sepertinya ia tahu apa yang
membuat dosennya dan kakak tingkatnya datang kemari. “Jangan tertawa!” pekik
Luna ditelinga Lay. “Aku kan tidak tertawa, hanya memperlihatkan semburat
senyum kemenangan” “Lay!!!” teriak Luna dalam diam sambil kaki kirinya
menginjak kedua kaki adiknya dan, “aawww!” teriak Lay kencang. “Ada apa Lay?”
tanya Wu seonsaengnim. “Ah, tidak ada
apa-apa seonsaengnim” jawab Luna
cepat sambil menyuruh adiknya tidak berteriak lagi.
“Sebenarnya, kami
datang kemari untuk memnuhi persyaratan kami” Wu seonsaengnim memulai. “Persyaratan?”
batin Luna bingung. Wu seonsaengnim
menceritakannya dari awal hingga ahkir sampai munculnya persyaratan antara ibu
dan dirinya. Ceritanya panjang, karena sudah disinggung juga di chapter
sebelumnya. “Haa?” “What?” teriak
Luna dan Kris bersamaan sambil menatap tajam Wu seonsangnim. “Kris, bukankah impianmu dapat terwujud dengan cara
seperti ini?” “A..ayah? tapi, bukan begini caranya, aarghhh” teriak Kris
frustasi. “Aku tidak mau!” tegas Luna hingga ia beranjak dari tempat duduknya.
“Aku.. aku juga tidak.. em, tidak mau!” tolak Kris ragu-ragu. Padahal, batinnya
mengatakan jika ia mau.
“Oh, ayolah.. ini
demi kebaikan ayah kandungmu” “ibu......!!!” Luna semakin depresi dengan
hal-hal gila seperti ini. “Toh, jika kalian bersama, akan tumbuh benih-benih
cinta dengan sendirinya kan?” kini Ayah “angkat” Luna ikut mengomentari. “Tapi,
bukan begini caranya ayah!!” Luna sungguh frustasi kali ini. “Menikah jauh
lebih baik kan? Dibanding pacaran yang akan berahkir seperti..” “Lay!!!” teriak
Luna dan Kris bersamaan. Belum selesai Lay berbicara, kedua manusia yang hampir
menjadi kedua sejoli ini meneriakinya. “Benarkan ayah, ibu, dan Wu seonsaengnim, teriak saja mereka bisa
kompak.” “Terserah kau!” Luna menghampiri Lay dan menyentil dahinya, yang
disentilnyapun hanya meratapi kesakitannya. Tiba-tiba Kris berdiri dan ia
mengambil kunci mobil yang ada disaku jas ayahnya. “Maaf, saya permisi dahulu, ahjumma, ahjussi dan ayah!” ia melirik
tajam pada ayahnya sendiri dengan langkahnya yang mantap keluar dari rumah
Luna. Ayahnya beserta kedua orangtua Luna hanya bisa menghela nafas berat. Kris
tak memikirkan bagaimana nanti ayahnya pulang. Ia rasa, ayahnya sudah gila dan
setengah hati ia menolak pernikahan ala sinetron ini dan setengah hatinya lagi,
ia menerima.
---***---
“Kak.. kakak” Lay
mengetuk pintu kamar Luna dengan halus. Tidak ada jawaban. “Kak, buka pintunya”
Tidak ada jawaban lagi. Lay mulai cemas dan berpikiran yang aneh-aneh. Hingga
ahkirnya, tangan kanannya menjalar dan membuka knop pintu kamar Luna dengan
pelan. “Krekk” suara decitan yang terdengar sedikit horror mengawali langkah
Lay masuk kekamarnya. Dilihatnyalah sekeliling, tak ditemukan sosok yang ia
cari. Kini, matanya menangkap pintu kamar mandi dalam yang terbuka dan memperlihatkan sedikit celah.
Ia mengendap-endap dan mulai memperlebar celah pintu tersebut. “Kakak!!” pekik
Lay melihat kakaknya yang lemah tak berdaya didalam bathup
dengan cairan merah yang mengambang disana. “Kakak! Kakak! K.. kau” tapi, ia
tak mencium bau anyir seperti darah melainkan, “Hyaaa!!! Lay! Kau mengintipku
sedang mandi” “m..mandi?” “aku sedang mandi susu strawberry!” “ha? Tapi tadi..”
“aku tadi sedang tidur Lay!” sungguh sebuah kecurigaan yang tidak lucu, dari
pada ia dikira lelaki hidung belang, Lay segera keluar dan menunggu didalam
kamar Luna.
Kini Luna sudah
duduk dengan lutut tepat didepan dadanya, sebuah kebingungan dan kegelisahan
menyelimutinya. Lay hanya bisa melihat kakaknya yang menatap lantai dengan
kosong. “Noona..” “sssttt.. aku
sedang bingung dan tidak ingin berdebat dengan dirimu sekarang” “maaf kak soal
yang tadi” Lay tersenyum hingga memperlihatkan gigi-giginya yang putih dan
rapi, harapan untuk dapat jalur pintu maaf(?) dari sang kakak. “Aku ingin
bertanya padamu!” kini Luna membalikkan tubuhnya sembilan puluh derajat
menghadap Lay dan menatapnya lekat. “Tanya apa?” “bagaimana bisa Wu seonsaengnim dan orangtua kita memiliki
persyaratan gila seperti itu? Apa karena ia yang menabrak ayah?” “em, itu salah
satunya. Tapi, ibu memberitahuku ketika ayah kandung kita masih hidup, ia
sering berkunjung kerumah Wu seonsaengnim.
Saat itu, ia berteman dekat dengan ayah. Selagi waktu Kris hyung masih berumur dua tahun, ibunya telah meninggal dunia karena
entah suatu penyakit. Ayah dibuat kagum oleh Kris hyung karena ketampanannya semenjak masih kecil dan kepintarannya
dalam berhitung dikala itu, dan ayah mempunyai mimpi, jika Kris hyung dan kakak ketika sudah dewasa
nanti bisa menikah. Sungguh ayah sangat menginginkan itu. Karena menurut ayah,
kalian mempunyai banyak sifat yang sama. Begitu kak, sedikit rumit memang dan
rasanya seperti sinetron(?)” “sifat yang sama?” “iya, kakak dan dia sama-sama
menyukai pelajaran matematika, sama-sama suka makan dan sama-sama, ehem..
pintar” “kau berkata seperti itu tidak ikhlas ya?” kini mulailah perdebatan
yang tidak penting disela-sela perbincangan serius mereka. “Iya, iya aku
ikhlas, dari pada aku harus berlutut meminta maaf kepada mu.” “Lay. Tapi, hal
seperti itu tidak bisa dipaksakan. Aku juga tidak menyukainya. Dia saja yang
beruntung nanti jika menikahi aku” “aku memang tahu kak. Tapi apa boleh buat,
dari pada kakak bersama Chanyeol hyung
yang seenaknya saja, lebih baik bersama Kris hyung yang mau menerima kakak kan?” “setidaknya Chanyeol memikatku”
“tapi kenyataannya?” “berahkir dengan tidak apik.” “So... would you marry him?” “aku masih belum...” “demi ayah!” Lay
kini beralih menjadi lebih tegas. “Tapi..” “Ya!
Noona! Demi ayah kita..” “Ya! Jangan panggil aku noona! Tapi, ba..baiklah aku akan me..
me.. me..” “menikahi dia!” Lay melanjutkan dengan seulas senyum di bibirnya.
Luna hanya bisa menghela nafas berat dan mengiyakan mandat yang menurutnya
“gila” dari sang ayah. Bisa-bisanya, ia membuat anaknya depresi dengan
permainan gila ini. Menikah dengan orang yang tidak kau cintai. Sama seperti di
drama Korea berjudul Full House. Tapi
bedanya, pihak lelaki yang mencintainya.
---***---
“Luna.. Luna”
seseorang wanita dihadapannya kini sedang melambai-lambaikan telapak tangan
kirinya tepat didepan mata Luna. Ahkir-ahkir ini, ia sering sekali melamun dan
tidak konsentrasi terhadap skripsinya. “Ah, iya Vic. Sorry” Luna tertawa renyah dan menggaruk tengkuknya. “Kau ini
kenapa? Sering sekali melamun?” “aku tidak tahu Vic” “kenapa kau tidak tahu?
Kan kau yang merasakan? Apakah karena..” tiba-tiba sesosok pria tinggi bersuara
berat datang menghampiri mereka berdua. “Hai Yeollie..” sapa Victoria. “hai.. honey” senyuman keduanya terkembang di
wajah masing-masing yang membuat Luna muak. “Cih! Yoellie.. panggilan sungguh tak pantas.” Batin Luna
mengerikan. “Oh, Luna. Hai!” sapanya. “Ya, hai juga” jawabku dingin. “Oh iya,
Kris titip ini untukmu” ketika Luna ingin mengambil barang yang ada ditangan
Chanyeol, ia menariknya kembali dan meneliti setiap sudut benda itu. “Mawar
merah? Sejak kapan Kris berani memberimu ini” segera Luna merebutnya dengan
kasar dan menatapnya sinis. “Bukan urusanmu kan? Ini baru namanya laki-laki.”
Walau di bucket bunga tersebut terdapat kartu ucapan bertuliskan, “ini dari Wu seonsaengnim, bukan dari aku. Kris^^”
“Maksudmu, ketika
aku masih bersamamu, aku harus selalu membeli dan memberimu bunga mawar merah?”
“yang pastinya, ia setia kan? Em, tampan, tinggi, keren juga pintar” Victoria
berusaha menegahi mereka berdua yang berdeabat dalam dingin. “Ka.. kalian
sudahlah” “Vic, aku harus buru-buru. Oya, jaga kekasih mu ya agar tidak
mengganggu hidupku lagi. Bye~” “Luna,
Kris titip..” “sudah..sudah. Dia tidak senang kau mengganggunya” Victoria
menelungkupkan kedua telapak tangannya di kedua pipi Chanyeol yang membuatnya
luluh dalam tatapannya yang dalam. “Kau tidak cemburu?” “buat apa cemburu? Aku
sudah tahu ceritanya. Kau yang salah Yollie” “kenapa bisa aku?” “kenapa kau
tidak bilang, jika kau sudah memiliki aku?” “aku kesepian ketika kau tidak di
Seoul” “tapi, caranya bukan seperti itu, Yollie..”*gilee victoria sabar banget*
“Baiklah aku yang salah” kini Chanyeol tertunduk kepalanya. “Lalu?” Victoria
menunggu jawaban Chanyeol agar ia meminta maaf pada Luna. “Tapi, aku sangat
suka mengganggunya. Itu yang membuatku bisa lebih dekat dengannya” “maksudmu,
dekat dengan kepintarannya kan?” “i.. iya” “sudahlah, Yollie.. kau ini sudah
dewasa. Berpikirlah dewasa juga” “baik, terimakasih ya” keduanya kembali
mengulas senyum manisnya masing-masing.
Luna duduk diatas
bangku taman dan bersandar dibawah pohon rindang didekat lapangan basket outdoor kampusnya. Ia memandangi mawar
merah pada genggaman tangannya. Wu seonsaengnim
sungguh mengerti warna favorit dirinya. Ya! Warna merah seperti ini yang Luna
sukai. “Bunga ini.. harum” sambil Luna menempelkan hidungnya, mencium aromanya
lekat-lekat dan meneliti setiap inchi bunga mawar merah merona tersebut.
“Memang indah, tapi tak sindah..”Luna tak menyelesaikan gumamannya. Ia berpikir
ulang untuk memenuhi keinginan “gila” ayahnya dimasa lalu. Kenapa ia harus
mendapat “hal” yang seburuk ini? Pikirnya. Di sisi lain, ia melihat Chanyeol bersama Victoria sedikit
membuatnya muak. Tapi, lebih baik Chanyeol ditangani oleh seseorang yang
teramat sabar seperti Victoria dari pada dirinya yang selalu menggebu-gebu.
Sisi lainnya lagi, ia melihat Kris sebagai pemuda yang yah, memang cool dan pintar. Tapi karena ayahnya, ia
malah membenci orang yang tidak menaruh salah padanya. Ia takut, hal-hal
seperti ini akan membuatnya down dan
lupa dengan skripsinya yang hampir selesai. Bukannya lulus, malah ia harus
mengulang lagi. “Jangan sampai hal buruk
itu terjadi, Tuhan!” doa Luna dalam hati sambil ia memejamkan mata dan
menenangkan pikirannya sejenak.
Beberapa menit
kemudian, seseorang tengah berjalan kearah Luna dengan ragu-ragu dan mengambil
jarak beberapa centimeter duduk disebelah Luna. “Em, Lu.. luna” “em..” ia hanya
menggumam tanpa bergerak ataupun membuka matanya. “Aku ingin bertanya sesuatu
padamu” “tanya saja” “apakah kau menerima tawaran ayahku?” “demi kebaikan ayah
kandungku, iya” “oh! Kalau begitu, ayahku ingin kita melangsungkannya dua bulan
lagi, tepat setelah kita lulus” tiba-tiba Luna tersendat dan bangun sambil
memutar badannya kearah lelaki yang sedari tadi mengajaknya bicara. “Are you serious?” Kris hanya mengangguk
pelan. “Aku tidak mau secepat itu” “aku juga” Kris menambahkan. “Bagaimana
jika... dua tahun lagi” “ha? Dua tahun?” “kenapa sekarang jadi kau yang
terkejut. Bukannya bagus?” “ya.. ya memang bagus. Tapi, ayahku bisa marah besar
nanti. Bisa-bisa kita berdua diberi nilai D” “Kris, sudahlah. Lebih baik kita
bicarakan ini empat mata saja” “Ok! Baiklah!”
“Ehem..”
dibelakang mereka berdua munculah seseorang berbadan tambun dan berperawakan
tinggi mengagetkan mereka berdua. “Ah! Ayah, mengagetkanku saja!” Luna kini
bertatapan dengan seorang dosen yang juga memaksanya menikah dengan lelaki
disebelahnya tadi, siapa lagi kalau bukan Kris dan yang berdehem tadi adalah Wu
seonsaengnim alias ayah dari Kris. “Kris
kau pulang bersama Luna. Ayah akan ada rapat antar rektor kampus” “ayah aku ada
la..” “kau ini tinggal beberapa miggu lagi ujian! Sudah tidak usah main-main
basket lagi! Seperti anak kecil saja!” Luna kini hanya bisa terkikik melihat
wajah Kris yang biasanya cool dan
membuat beberapa wanita leleh ketika dipandanginya. Kini, rupanya sudah seperti
anak ayam yang sedang dimarahi sang induk. “Saya bisa pulang sendiri seonsaengnim” Luna menunduk sembilan
puluh derajat di hadapan dosennya kini. “Ah, tidak! Ibumu menitipkan mu padaku.
Aku tidak mau calon “menantu” ku kenapa-kenapa, dan sepertinya, ahkir-ahkir ini
kalian berdua sering pulang larut malam. Jadi, biar Kris yang menjagamu, ok
anak cantik?” “what? Calon menantu?”
batin Luna dengan mengerutkan keningnya. “Baik, ayah pergi dahulu” sebelum ia
beranjak dari tempat berdirinya, Wu seonsaengnim
mengacak-acak rambut Kris dan Luna. “Ayah, rambutku rusak nanti” ia membuat
bibirnya berkerucut dan Kris benar-benar terlihat seperti anak kecil kali ini.
Luna yang melihat sisi “kelucuan” dari Kris kini tertawa terbahak-bahak sambil
menutupi mulut dengan telapak tangan kanannya. “Kris.. Kris, kau ini” “ada apa
denganku?” Kris menatap Luna curiga. “Kau lucu sekali, Kris. Jadi, saat kau
bersama ayahmu, kau berubah menjadi anak kecil ya? Lihat ekspresi mu tadi” Kris
pun ikut tertawa, sungguh indahnya melihat gadis yang satu ini bisa tertawa
lepas. “Aku memang lucu, terimakasih” ujarnya percaya diri. “Kris....” Luna
beralih ekspresi menjadi datar dan ia beranjak hendak pergi meninggalkan Kris,
tapi bukan karena perkatannya barusan. Melainkan adanya kelas sepuluh menit lagi.
“Oya, aku ada kelas sepuluh menit lagi, aku keatas dulu, bye~” “Ya, bye~” Jawab
Kris sesaat setelah Luna berlalu dari hadapannya, ia hanya bisa senyum-senyum
sendiri. Yak! Kesempatan kedua untuk bersama Luna kini datang lagi.
“Terimakasih Tuhan..” seakan-akan Kris sedang mendapat rejeki nomplok dari Yang
Maha Kuasa.
---***---
“Krystal!” teriak
Luna dari kejauhan, suaranya terpental diantara lorong-lorong kampusnya, bisa
dibilang menggema. “Ya?” Krystal berbalik dan berjalan kearah Luna. Segera ia
merangkulkan tangan kanannya kepundak Krytal dan ia seperti ingin membisikkan
sesuatu. “Krystal, kau tahu sesuatu yang baru dari aku dan Kris, tidak?”
“tunggu, sepertinya hari ini Lay ingin menceritakan sesuatu padaku dan Sulli.” “kalian
bertiga janjian?” “iya!” “dimana?” “cafe biasa kami bertiga nongkrong”
“seberang kampuskah?” “ya! Kakak mau ikut?” “ayo, boleh. Aku penasaran dengan
apa yang akan kalian bicarakan” “baik, ayo!” mereka berdua segera berjalan
keluar gerbang kampus dengan merangkul satu sama lain.
“Kling..”
Suara bel yang
sengaja ditaruh diatas pintu masuk cafe seberang kampus berbunyi, pertanda ada
pelanggan yang akan masuk. Krystal dan Luna-lah pelanggan tersebut. Mereka
masuk dan matanya menangkap dua anak manusia yang duduk di ujung dekat jendela.
Mejanya bertuliskan “reserved.” Sudah seperti orang penting saja, pikir mereka.
---***---
“Hei kalian!”
Krystal menyapa dua kawannya kini. “Ah, ada Luna oenni. Duduk disampingku saja” Sulli dengan seulas senyum mempersilahkan
Luna untuk duduk disebelahnya sambil ia menarik kursi yang akan diduduki Luna.
“Sulli, biar kakakku duduk disampingku saja” Lay tak mau kalah. Ia pun berlaku
seperti Sulli memperlakukan Luna tadi. “Atau disebelahku?” Krystal mulai
ikut-ikutan sambil tersenyum jahil dan menepuk-nepuk kursi disebelahnya.
“Sudahlah, kalian jadi ribut sendiri. Aku duduk disini saja” seraya Luna
tertawa kecil dan ia memilih tempat duduk dihadapan Krystal
“Jadi, apa yang
akan kalian bicarakan?” Luna memulai membuka “forum” tersebut. “Ya, seperti
yang kau tahu kak. Kau akan menikah dengan seseorang dalam waktu singkat”
“Menikah?” Sulli dan Krystal menengahi bebarengan. “Ssstt... jangan
keras-keras!” pinta Luna sambil menahan teriakan mereka berdua. “Jadi, ini yang
akan kau bicarakan Lay, kukira apa!” Luna kembali berbicara. “Ini berita hot kak!” “Ya, ya terserah kau!” “oenni, kau akan menikah dengan siapa?”
Sulli mendekatkan kepalanya kedepan muka Luna dan berbicara seakan-akan seperti
sedang membicarakan strategi untuk perang. “Ya, kalian pasti tahu, siapa lagi
jika bukan...” tiba-tiba, bel cafe tersebut berbunyi dan membuat keepat orang
yang sedang membangun “forum” kecil-kecilan menoleh kearah suara. Didapatinya
seseorang mendekat kearah mereka. Segera, mereka mengehntikan aktifitas
bincang-bincang kali ini.
“Oh! Maaf,
ternyata kalian” lelaki ini tertawa renyah karena merasa ia menjadi pusat
perhatian keempat manusia ini. “Oya, sudah waktunya aku harus pulang. Bye~” seperti Luna mengerti mengapa
orang ini datang kemari dan ia beranjak dari tempat duduk, lalu berpamitan.
“Baik, kami berdua pulang dulu” Luna bersama seorang pria ini, berlalu sambil
melambaikan tangan. “Bye hyung~ bye
oenni~” sisa mereka bertiga, ahkirnya melanjutkan lagi “forum” tersebut.
Namun, Krystal dan Sulli hanya mengangguk-angguk, sepertinya mereka tahu
jawabannya. ~
TBC
Hollaaaa~ masih TBC heheh tenang...
Oyahhh~~ aku rada bingung nih, saran dong kira2 mpe chapter berapa
yaa END-nya
Yang pastinya happy endinglah hehehe :D, thanks for reading.
Langganan:
Postingan (Atom)