Sabtu, 17 Agustus 2013

MERDEKA? hm... ya


68 tahun yang lalu, para pemuda tanah air mendesak Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Yang ahkirnya, tanggal 17 Agustus 1945, bendera Indonesia dikibarkan dan menandakan bahwa pada tanggal itu juga bangsa Indonesia yang tadinya dijajah, pejuang yang mati demi merobek bendera marah putih biru menjadi hanya merah dan putih. Kini, telah terbebas dari belenggu penjajah.

Ya.. merdeka artinya bebas. Tapi.. menurutku apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka? Bisa jadi!! hehehe~

Padahal setelah kemerdekaan, masih ada agresi militer belanda I sama II menandakan bahwa Indonesia memang belum merdeka sepenuhnya, jaman orde lama ke orde baru pun juga banyak masalah. Hingga Indonesia keluar dari PBB dan merasa seperti diasingkan.

Kalau dilihat kali ini, kayaknya pejabat Indonesia enggak 100% hatinya untuk Indonesia. Apa demi gaji yang banyak hingga terjadi korupsi? Bisa Jadi!! wkwkw~ gimana ya? susah mengubah negara yang sudah terinfeksi kasus-kasus korupsi. Karena, dalam keseharian kita pun kita bisa melakukan korupsi walau bukan uang. contohny: korupsi waktu. Susah banget manusia lepas dari korupsi.

Indonesia juga memiliki perbedaan yang sangat banyak. Bahasa, adat, suku, agama dll. Yang membuat Indonesia terlihat indah dimata dunia ya.. karena perbedaan itu dan pastinya ada keanekaragamannya dong.. alam, suaka marga satwanya. Orang luar aja bangga dengan segala perbedaan dan keanekaragaman Indonesia, masak kita warganya sendiri kalah?

Dengan diciptakannya perbedaan. Maka "pastinya" masyarakat Indonesia "harus" punya rasa "cinta" kasih sayang untuk sesamanya. Untuk negara tercintanya. Saya, hanya pelajar yang masih belum bisa berpikir sejauh orang dewasa. Saya belum bisa melakukan apa yang orang dewasa lakukan. Saya masih belajar bagaimana menjalani hidup dengan baik. Saya masih dalam tahap pencarian jati diri. Saya masih belajar bagaimana caranya merubah bangsa ini menjadi lebih baik. Saya masih belajar menjadi remaja penerus bangsa dan memperlihatkan pada dunia seperti apa Indonesia yang sebenarnya.

Saya tidak tahu caranya memberantas korupsi, saya tidak bisa berbicara langsung dengan DPR atau MPR atau bahkan Presiden dan KPK dengan mengatakan, "pak, tolong korupsinya dihentikan." "NO!" tidak segampang itu. Menghentikan korupsi hanya bisa terjadi dari dalam lubuk hati para koruptor agar mereka bertobat dan tidak menyebarkan virus korupsi kepada kawanannya.

Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan, agar negara ini dilindungi dan menjadikan negara ini berkat bagi masyarakatnya beserta negara-negara disekitarnya. Impian untuk menjadi Indonesia kearah yang lebih baik, tidak ada kata "menyerah" disetiap langkah yang kita ambil.

PADAMU NEGRI KAMI BERJANJI, BAGIMU NEGRI JIWA RAGA KAMI
BAGI BANGSA INI KAMI BERDIRI DAN MEMBAWA DOA KAMI KEPADA-MU
SESUATU YANG BESAR PASTI TERJADI KAN MENGUBAHKAN NEGERI KAMI
HANYA PADA-MU TUHAN DITINGGIKAN ATAS SELURUH BUMI.

Happy Independence day for my beloved country. Always be the best among the best country. Stay strong for Indonesian's goverment and keep romantic, talk less do more, also keep cool for chasing the corruptor. I will always love yaa!!! God bless Indonesia for any reasons we made. - love, myself

Jumat, 12 Juli 2013

Sevent Sense (ExoFF)



Tittle: Seventh Sense
Genre: Brothership, comedy (?), lilbit tragedy and horror
Lenght: Oneshot!!
Cast: Exo’s Kai, Exo’s Suho, Exo’s Sehun
Support cast: find it!! :p 
Rating: PG-15

NB: haihai :D *lambai-lambai ala mrs.universe. im bek agein wkwkwk *bangga lu thor?* okelah, aku sedang mencoba membuat ff dengan pairing yg semoga kalian pada suka, tenang ini bukan yaoi jadi ff untuk 3 thn kebawahlah *loh?* okehh semoga kalian suka dan setelah baca, commentnya yaa di mohon dengannn saaangaaattt:D kalo mau baca Ffku yg lain baca aja di blogku: www.myeunikeblogger.blogspot.com *numpang ngeksis* dan pastinya comment juga yee *biar kerasa rame gitu blogku--“* thanks juga buat admin yang sudah mem-publish-kan ff yang mungkin sedikit absurd ini. Oya, epep ni terinspirasi dari salah satu film hollywood, tapi alur, jalan cerita *apa bedanya??* dan pemain pastinya beda okeee!! Maap bila ada typo-typo dan kawan2nya. Check this out!!
.
.
.
~I keep falling in love, falling in love
Neoman bomyeon nae maeumi oh oh oh oh
Falling in love falling in love
Neol gatgosipeo na eotteokhae boy~
*author juga black jack hhehe*
Sebuah ponsel tergeletak di atas meja kecil disamping ranjang king size super nyaman milik seorang namja yang, yah.. tidak tinggi-tinggi amat badannya. Ponsel tersebut berdering dengan ringtone lagu sebuah idol group yang baru-baru ini comeback. Sang lelaki berparaskan wajah tampan ini menggeliat dibalik selimut tebalnya. Maklum saja, karena udara diluar panas, maka ia menyalakan AC-nya dan malah kedinginan.

“Aissh, siapa sih yang telepon siang-siang begini? Mengganggu tidurku saja!” gerutunya. “Ya, halo?” “ya!! Hyung! Kau lupa menjemput adikmu ini, hah?!!” seseorang diseberang sana tengah berteriak yang membuat lelaki yang masih bermalas-malasan diatas kasurnya kini menjauhkan ponselnya dari telinganya. “Aww! Suaramu keras sekali!” “aku kan memintamu menjemput jam satu siang tepat! Kenapa sampai jam tiga belum kau jemput juga!! Jangan bilang kau tertidur lagi Suho-hyung?” lelaki yang akrab dipanggil dengan Suho kini menepuk jidatnya sendiri. “Oh! Maaf aku lupa, ehehhe” Suho hanya tertawa renyah atau lebih tepatnya tertawa garing. “Baik, baik! Aku akan menjemputmu sekarang juga!” “ok! Cepat ya hyung, kalau tidak pasta kesukaanmu akan kubabat habis, aahahha” “hyaa!! Kau di restoran Italy depan kampusmu? Kenapa tidak bilang?? Jangan habiskan pastanya! Awas kau! Aku sampai lima menit lagi, wait me!” “ahahhaa, iya! Ku tunggu! Demi pasta-mu!

Suho segera beranjak dari kasurnya. Kebiasaannya yang setelah bangun tidur malam maupun siang, ia selalu merapikan kasurnya. Tapi, untuk kali ini, ia tidak peduli dengan beres atau tidak kasurnya. Tanpa basa-basi dan tanpa menyikat giginya yang biasa ia lakukan setelah bangun tidur, Suho segera menyabet ponsel, memakai sepatu yang ia letakkan di kolong tempat tidur dan keluar menuruni anak tangga. Ia dan adiknya tinggal berdua, ayah mereka sedang berada di London untuk bisnis otomotifnya dan ibu mereka sedang berada di Paris untuk bisnis fashion-nya. Memang kedua orangtuanya sangat sibuk. Saking sibuknya, mengunjungi mereka berdua hanya setengah tahun sekali, miris memang.

Lelaki ini menaiki mobil hitam legam bermerekkan B*W hadiah dari ayahnya. Ia terburu-buru dan hampir lupa untuk mengunci pintunya. Sekali lagi, ia terburu-buru bukan karena menghawatirkan adiknya, tapi menghawatirkan pastanya agar tidak dilahap oleh adik bungsunya, karena adiknya yang satu lagi sudah meninggal lima belas tahun yang lalu.
Di dalam mobil, ia mendengarkan lagu favoritnya dan adiknya. Lagu dari Avanged sevenfold yang berjudul hail to the king. Ia mendendangkan satu persatu lirik dari lagu tersebut dengan lugas sambil menggerak-gerakkan kepalanya dan seakan mengibaskan rambutnya. Tiba-tiba, lagu tersebut berganti menjadi lullaby yang mendayu-dayu. Sampai-sampai, Suho lupa jika ia sedang menyetir. Lullaby tersebut telah berhasil membuat mata Suho yang memang semenjak ia berangkat kelopak matanya tidak bisa ia ajak kompromi. Tertutuplah mata tersebut.

At Italian’s food resto
“Katanya lima menit sudah sampai, mana?” lelaki yang tingginya melebihi Suho tengah menunggu sambil menikmati gellato ice cream-nya. Ia bernama Kim Jong In atau biasa disapa dengan Kai. Ia memilih tempat duduk disamping kaca jendela luar, agar ia bisa melihat apakah kakaknya sudah datang atau belum. Kai sudah membayar semua makanannya, sebenarnya ia sangat tergiur dengan pasta yang disajikan dihadapannya. Sayang, itu untuk kakaknya. Ia terkadang mencuri-curi beberapa suap dari pasta tersebut.

“CIITTT.. BRAKKK!” *sorry kalo agak gak elit suaranya hehehe*

Sontak orang-orang disekeliling kejadian tersebut mengalihkan pandangannya pada dua mobil yang tak bisa dibilang murah ini. Tak terkecuali Kai yang berada didalam restoran Italy yang memang kejadian ini tepat berada didepan restoran tersebut. Karena tabrakan tersebut cukup kencang dan sampai ke gendang telinga Kai. Segera, kepalanya ia putar sembilan puluh derajat kearah kanan. Iapun ikut beangkit dari tempat duduknya mengikuti penghuni restoran lainnya. Kai segera keluar dan diterobosnya satu persatu manusia yang ada dihadapannya. Diamati tiap detail kedua mobil dihadapannya yang depannya sama-sama remuk. Ia masih curiga dengan mobil B*W hitam legam yang ia rasa seperti mobil kakaknya, Suho. Begitu banyak orang yang mengerubinginya dan berusaha mengeluarkan orang yang ada didalam mobil tersebut. Kedua mobil yang sama-sama berwarna hitam tetapi berbeda merek ini, rusak parah dibagian depannya. Sang pengemudi juga tak kunjung keluar. Ketika Kai mengintip orang yang mengendarai B*W lewat jendela gelapnya dengan kedua telapak tangannya menutupi sisi-sisi matanya. “I.. itu.. hy.. hy..hyung!!!” teriaknya panik. Dengan cekatan, ia membuka pintu mobil tersebut, untung tidak dikunci oleh pengendaranya.

Ditarik dan diangkatnya Suho dengan hati-hati. Kai sangat miris dan merasa bersalah, pasalnya kakak satu-satunya yang ia miliki mengalami kecelakaan dan membuat kepalanya terbentur dengan darah bercucuran. “Iya! Mungkin dia pingsan! Iya! Ia hanya berpura-pura pingsan!” pikir Kai miris dalam hati. Tanpa sengaja, ia meneteskan butiran-butiran kristal karena rangsangan dari otak beserta hatinya yang amat perih.

“Nak, apakah dia keluargamu?” tiba-tiba, ada seorang lelaki yang sudah berumur menepuk pundak Kai. “I.. iya ahjussi, ada apa?” “karena pengemudi kedua mobil ini sama-sama belum sadar, akan aku teleponkan ambulan dari rumah sakit terdekat” “oiya!! Ah! Pabo kau Kai! Kenapa tidak telpon ambulan dari tadi?” saking bingungnya ia dengan keadaan Suho, sampai-sampai ia tidak tahu harus bagaimana. “Baik ahjussi! Terimakasih sekali!” Kai sebenarnya agak tidak peduli dengan keadaan pengemudi didalam mobil hitam yang satu lagi. Ia hanya memfokuskan pandangannya pada Suho, kakak yang ia sayangi.


At Gangnam International Hospital

Sirine ambulan sontar terdengar dari jarak beberapa meter. Petugas UGD yang peka terhadap sirine ambulan itupun mengerti akan isyarat tersebut. Mereka bersiap didepan ruang UGD dan tengah menunggu mobil ambulan tersebut parkir dengan tepat.
Dengan dibantu supir, ahjussi yang menghampiri Kai tadi dan Kai sendiri menurunkan kedua orang pengemudi mobil hitam yang dikendarai dua orang laki-laki. Salah satunya yaitu Suho. Mereka segera melarikan kedua pemuda ini masuk kedalam dan segera ditangani. Kai yang sedihnya makin menjadi, merasa firasatnya sangat buruk kali ini. “Hy.. hy.. hyung, jangan tinggalkan aku ya, aku takut sendirian dirumah. Kau tahu kan, appa dan oemma pasti jarang pulang kerumah, dan aku juga tidak ingin ikut mereka pergi ke berbagai negara. Pasti mereka juga tidak akan memperhatikan aku. Hanya kau yang selalu bersamaku dirumah, hyung.. hyung..” Kai terus saja mengomel pada hyung-nya sambil sesekali menyeka air mata yang jatuh hingga membasahi bagian kerah baju yang Suho kenakan, seakan hyung-nya mendengar semua perkataannya. Ia dan beberapa orang lainnya mendorong Suho masuk ke ruang pemeriksaan agar cepat ditangani.

“Oh, maaf. Anda berdua dilarang masuk kesini” seorang wanita memakai terusan putih hingga ke lutut dengan dilengkapi topi khasnya. Ya! Ia adalah seorang suster. Suster tersebut tersenyum kepada si ahjussi tadi dan Kai. Adik Suho satu-satunya ini masih mematung didepan pintu dan membiarkan air matanya menetes membasahi sedikit bajunya. “Nak, sudah jangan bersedih. Pria yang juga menabrak salah satu anggota keluarga mu tadi, ia adalah putraku. Jadi, jangan sedih lagi ya” ahjussi ini menepuk pundak Kai dan tersenyum hangat dan tulus padanya. “Ah.. ahjussi tidak sedih?” “ini bukanlah ahkir dari segalanya, nak. Ahjussi yakin ia akan sembuh. Kau juga harus seperti itu ya! Atas nama anak saya, saya selaku orang tua meminta maaf atas kejadian ini, ya” “ti.. tidak apa-apa ahjussi.” Kai mencoba menyunggingkan senyuman tulus. “Baiklah, terimakasih telah memaafkan anakku. Berhentilah bersedih, berdoa selalu untuknya! Hwating!” Ahjussi ini mengepalkan tangan kanannya ke udara dan membuat Kai lagi-lagi menarik ujung-ujung bibirnya membentuk sebuah senyum indah. “Terimakasih ahjussi atas penghiburannya” setelah itu, ahjussi ini pergi meningkalkan Kai yang masih berdiri didepan ruang pemeriksaan.

“Kai, oh.. sorry, hyung” Kai yang merasa dipanggil dari arah belakang, segera menoleh. “Kenapa kau disini?” tanya Kai dengan nada yang lesu. “Aku sahabat kau dan kakakmu. Mana mungkin aku tidak tahu.” Lelaki berperawakan tinggi setara dengan Kai dan memiliki kulit seputih susu tengah menghampirinya. “Dari siapa kau tahu, Oh Sehun?” “kau duduk dulu saja, nanti kau capek berdiri terus” ahkirnya, mereka berdua duduk diruang tunggu. Pandangan mata Kai ketika berbicara dengan Sehun terlihat kosong. Ia hanya menatap lantai rumah sakit yang putih bersih dan sama sekali tatapan matanya tidak bertemu dengan tatapan mata Sehun. “Tadi aku masih ada di kampus, hyung. Dan aku tak sengaja melihat tabrakan itu, setelah ku amati ternyata itu..” belum selesai Sehun meneruskan penjelasannya, Kai cepat-cepat memotong. “Sudah, terimakasih. Penjelasanmu cukup” Sehun juga merasakan apa yang Jong In rasakan dengan melihat sahabatnya ini dalam keadaan sedih, sedih yang sangat teramat. “Hy.. hyung. Aku juga sedih melihat hal ini. Tapi, kita berdoa saja yang terbaik buat Suho hyung.” Tiba-tiba, Kai berbalik kearah Sehun dan memandangnya dengan tatapan nanar. Sehun paling tidak senang jika Kai atau Jong In sahabatnya menatap dengan tatapan seperti ini. Kai meraih bahu Sehun dan memeluknya erat, sangat erat. Kai menangis sekencang-kencangnya sambil wajahnya ia benamkan di pundak Sehun, ia pun tak sengaja mengguncang-guncangkan badan Sehun dan sedikit-sedikit memukul punggung Sehun keras. “Hyung.. a.. a.. aku tahu k.. kau tak akan pernah meninggalkanku. Hy.. hyung.. ma.. maafkan aku. A.. aku memang bukan a.. adik yang baik bagimu. Hy.. hyung.. bisakah kau ba.. bangun sekarang dan sem.. sembuh dari luka kecelakaanmu? Hyung.. hyung.. ja.. jangan tinggalkan aku, HY.. HYUNG!!!!!!!” Kai menangis sesenggukan.

Sehun sangat pilu mendengar teriak tangis dari sahabatnya. Ia rela kaos yang ia kenakan basah dengan air mata Jong In. Bahkan ia rela Jong In melakukan ini padanya. “Jong In hy.. hyung, kau boleh memukulku jika kau menginginkannya. Silahkan pukul punggungku se.. sekeras mungkin, kalau itu bisa menenangkanmu” Sehun pun ikut meneteskan butiran kristal dari matanya dan berdoa dalam hati untuk Suho.


3 MONTHS LETTER

Sebagai seorang fotografer, seseorang yang memiliki name tag bertuliskan Kim Jun Myeon. Sedang menikmati libur musim panasnya. Walau ia libur, tidak henti-henti imajinasinya untuk mengambil gambar dari sekelilingnya. Ia juga pintar melukis dan pastinya waktu luang liburan musim panas selama dua bulan ini ia gunakan juga untuk menyalurkan imajinasi terpendamnya dengan melukis di atas kanvas. “Sepertinya jika aku ke pantai, banyak objek yang bagus untuk di foto” pikiran Suho sudah mulai tidak beres.

Dilihatnya arloji di tangannya. Menunjukkan pukul sepuluh pagi. “Krucuk.. krucuk..” suara yang familiar ditelinganya. Ia tahu jika penghuni di perutnya meminta untuk diisi. “Ah, enaknya makan dahulu jam segini” Suho mengelus-elus perutnya dan meletakkan camera SLR-nya di meja samping tempat tidur. Ia melangkah keluar kamar dan menuruni tangga. Berjalan kedapur dan membuka kulkas sambil memilih-milih bahan makanan apa yang akan ia masak. “Kenapa tidak ada yang bisa dimasak, sih?” keluhnya. Diseberang sana, tepatnya ada seseorang lelaki yang sedang duduk didepan TV. “Kai..” sapanya. Yang dipanggil hanya menoleh dan memilih untuk mengacuhkannya. Kai mengambil remote control TV dan menekan tombol “off” sambil lalu dari depan Tv dan masuk kedalam kamarnya yang ada di lantai bawah.

“Kai, kau kenapa?” Suho merasa ada yang aneh dari sifat Kai kali ini. Ia mengejar Kai hingga kedepan kamarnya.

“BLAM!!”

Suara yang ditimbulkan dari dentaman keras pintu kamar Kai, membuat langkah Suho berhenti beberapa senti dari depan kamar Kai. “K.. kai, kau kenapa? Ada masalah? Kenapa tiba-tiba seperti ini?”. Masih belum ada jawaban dari dalam kamarnya. “Baiklah Kai, kalau aku ada salah hyung-mu ini minta maaf dan aku akan pergi mencari..” “pergilah hyung” Kai segera memotong perkataan kakaknya. Suho pun hanya bisa berlalu dari depan kamar Kai dan menunduk lesu. “Mungkin ia baru saja putus dari pacarnya dan galau, yah.. galau” pikir Suho mencoba positive.

Suho mencoba merefreshingkan pikirannya. Karena mobil B*W-nya sudah hancur dan remuk, ia memutuskan untuk berjalan kaki mencari restoran terdekat. Dari arah kejauhan ada seseorang yang sedang mengamati Suho sedang menyebrang jalan, ia pun mengikutinya.
Suho merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Ia pun menoleh. “Tidak ada siapa-siapa” mulai berjalan lagi. “Tap.. tap.. tap..” suara langkah kaki yang terdengar jelas dari balik arahnya. Ia berbalik lagi. “Hah? Tidak ada siapa-siapa lagi” Suho mulai merasa ada secret admire yang mengikutinya. Ia pun hanya mengacuhkan dan tersenyum karena saking percaya dirinya. Tiba-tiba, dihadapannya. “Hyung!!!!” seseorang lelaki yang lebih tinggi dari dirinya melompat didepannya. “Hyaaaa!!! Setan!!!” Suho yang akan kabur pun ditahan oleh lelaki ini. “Hyung, aku bukan setan. Aku Sehun.” Lelaki yang didapati bernama Sehun ini pun memasang muka yang datar, sangat datar. Melebihi datarnya tembok rumahnya(?).

“Ah, kau ini! Mengagetkanku saja! Aku kira ada seorang wanita secret admire ku yang sengaja mengikuti aku” “hyung.. hyung. Hari gini masih terlalu kepedeaan. Please!” “biar saja!” Suho menjulurkan lidahnya. “Oya, ngomong-ngomong, kau mau pergi kemana? Ku lihat dari tadi buru-buru sekali.” “aku ingin ke restoran itu” Suho menunjuk restoran jepang diseberang jalan. “Kau? Kau bis.. ah, hyung mau kesana?” “iya. Kau mau mentraktir aku?” “baiklah, untuk kali ini aku mentraktirmu” “bagus! Ayo!” ditariknyalah tangan Sehun oleh Suho dan segera menuju tempat restoran yang dimaksud.

At Japannese resto

“Kau mau makan apa hyung?” “sushi saja” “yakin? Baiklah aku juga. Minumnya?” “soft drink” “ok” Sehun mengangkat tangannya dan pelayan wanita restoran tersebut datang menghampirinya dan Sehun menyodorkan kertas menu tersebut. “Nyaman sekali disini” Suho merenggangkan badannya yang terasa pegal. “Jelas lah disini nyaman, hyung. Kita kan memilih tempat duduk yang sofa” jelas Sehun dengan wajah datar, lagi.

Ada seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki yang lewat didepan mereka berdua. Ia pun menyapa keduanya. “Annyeong..” sapanya sambil bibirnya membentuk lengkungan yang hangat. “Ah, kau lucu sekali” Sehun mencubiti kedua pipi anak kecil ini. “Namamu siapa?” Suho menunduk dan bertanya. “Namaku Nobi” “nama yang bagus. Perkenalkan aku Sehun” Sehun mengulurkan tangannya sambil tersenyum dan Nobi menjabat dengan tangan mungilnya. Kini giliran Suho yang mengulurkan tangan dan tersenyum sambil memperkenalkan dirinya. “Hai Nobi. Namaku Suho” Nobi menjabat tangannya. “Hyung, kenapa tangan hyung dingin sekali, kan sekalang musim panas?” ia bertanya dengan aksen celatnya, “ah, masak?” “iya, menulutku sih” Sehun tertawa, “cara bicaramu lucu, Nobi” “hyung, aku mau kesana dulu ya, babay~” Nobi berangsur pergi dan tidak lupa melambaikan tangan pada Suho dan Sehun. Merekapun membalasnya.  

Suho memicingkan mata ketika melihat bocah itu menggandeng seseorang tapi yang digandenggnya tidak terlihat. “Hey Sehun!” “ya?” Sehun memalingkan wajahnya kearah Suho. “Anak itu pulang bersama siapa?” “oh, anak itu pulang bersama ibunya” “ibunya?” tanya Suho bingung. “Bukannya ia sendiri? Ia terlihat tidak menggandeng si..” Suho belum menyelesaikan kalimatnya dan sudah dipotong  oleh Sehun. “Ia bersama ibunya. Sudah kutebak kau tidak akan bisa melihat ibunya. Apakah kau sudah lupa?” Sehun bertanya balik. “Lupa apa?” “kalau aku memiliki sixth sense dan anak kecil juga kebanyakan memiliki hal itu” “jadi? Maksudmu, ibunya sudah meninggal begitu?” Sehun hanya mengangguk. Bulu kuduk Suho berdiri seketika. “Siang-siang dan panas-panas begini, ada juga hantu yang nongol ternyata” pikirnya sedikit aneh.
Sang pelayan restoran bersama makanan yang mereka pesan telah datang. “Tuan, ini pesanan anda” katanya dengan aksen yang sopan. Pelayan itupun segera beranjak kembali ketempatnya. Sebelum itu, “Pelayan! Pelayan!” panggil Suho. Tapi, nampaknya pelayan itu tidak mendengar karena ia tidak menoleh sedikitpun dan terus berjalan. “Biar aku yang panggil saja hyung! Kau mau apa?” “oh, baiklah. Aku jadi merepotkanmu. Aku mau tambah air mineral saja” “Pelayan!” panggil Sehun sambil mengangkat lengan kanannya. “Oh, iya tuan, ada yang bisa saya bantu?” pelayan tersebut mengubah arah jalannya dan berjalan ke meja mereka. “Aku pesan satu air mineral ya. Thanks!” “baik!” dan pelayan itu setelah beberapa menit kembali lagi sambil membawakannya sebotol air mineral, dingin pula. Sangat cocok untuk udara panas seperti saat ini.

“Kunupu juku kuu yung mumunggul, duu munuluh, kutuku uku yung mumunggul, iu tuduk munuluh? (kenapa jika kau yang memanggil dia menoleh, ketika aku yang memanggil, ia tidak menoleh?)” tanya Suho sambil mengunyah sushi-nya. “Telan dulu hyung” Sehun tertawa melihat mulut lelaki yang duduk berhadapan dengannya penuh dengan makanan hingga hampir keluar. Suho segera menelan makanannya dan mengulang pertanyaannya lagi. Sehun-pun hanya menggindikkan bahunya. Waktu dua jam mereka habiskan dengan canda tawa dan makan. Yah, walaupun orang-orang disekitarnya merasa aneh dengan mereka. Let them happy, right?


At Gangnam street

“Sehun, mau kah kau menemani aku jalan-jalan kali ini?” “baiklah, memangnya ada apa? Kau tak ingin pergi kepantai dan mengambil gambar wanita-wanita cantik disana?” goda Sehun. “Ah, dari pada dosaku bertambah. Lebih baik aku jalan-jalan di sekitar sini bersama mu” “bagaimana dengan Kai hyung?” seketika itu juga Suho menunduk lesuh  dan menghela nafas berat. “Ada apa hyung? Ada masalah dengannya?” “entahlah. Dia semakin berubah. Tak pernah mau bertemu denganku” Suho menggindingkan bahunya. “Aku tak pernah berbicara lagi dengannya. Melihatnya saja hanya lima menit setiap hari. Apa kau punya solusi? Atau kau tahu penyebab Jong In jadi seperti itu?” “A.. aku tidak tahu hyung, maaf. Em, mungkin kau bisa memakai caraku” “apa itu?” Suho dengan cepat menoleh kearah Sehun dengan mata berbinar-binar yang sebenarnya membuat Sehun sedikit, err.. merasa seram. “Hyung, jangan menatapku seperti itu” katanya sambil menambah jarak diantara mereka. Karena wajah Suho begitu dekat dengan wajahnya. “Oh, baiklah. Apa solusimu?” “begini hyung, dulu aku juga pernah marahan dengan Luhan hyung sampai-sampai ia tidak ingin berbicara padaku.” Sehun mengingat masa lalunya dan wajahnya tertekuk seketika. “Oh, yang waktu itu ya?” “ah, sudah lupakan. Lalu, ketika aku ingin meminta maaf. Aku berbicara padanya ketika ia tertidur. Dengan seperti itu, ia mendengarmu walau ia sedang tertidur. Begitu saranku, hyung” jelas Sehun panjang lebar. “Baiklah, akan kucoba. Thank you ya, Sehunnie.. kau memang adikku yang paling baik” Suho merangkul leher Sehun dan mengacak-acak rambutnya yang tergerai menutupi dahi dan lehernya. “A.. a.. aku.. a.. aduh.. hy.. hy.. hyung, awww!!” pekik Sehun. “Oh, hehehe maaf!” Suho hanya bisa tertawa dan memperlihatkan gigi-gigi yang bisa dibilang putih dan rapi.

“Oya, kau mau menemani ku ke museum itu tidak?” Suho menunjuk museum nasional diseberang jalan sana. “Em hyung~ kau yakin?” “memangnya kenapa? Mungkin benda-benda disana bisa menjadi objek fotografi ku” “oh, ba.. baiklah” jawabnya tak yakin. Sehun merasakan hawa-hawa yang tidak enak, ketika terahkir kali mengunjungi tempat tersebut. “Ok! Ayo!” Suho merangkul Sehun walaupun dengan agak jinjit. Karena, tahu sendiri, Sehun lebih tinggi dari pada Suho.


At National Museum

Mereka masuk museum nasional dengan membayar sebesar 10.000 won. Mahal memang, karena saat ini sedang musim liburan dan banyak pengunjung yang datang. Mereka melihat-lihat benda-benda antik. Lantai pertama museum meliputi 10 buah aula yang menampilkan benda-benda prasejarah, seperti artefak zaman PaleolitikumTiga Kerajaan Korea (SillaGoguryeoBaekje) dan Balhae. Di lantai ke-2, menampilkan karya seni Korea seperti kaligrafi dan berbagai jenis lukisan klasik. Lantai ke-3 menampilkan berbagai teks Buddhis, keramik, karya seni dari metal serta artfefak dari CinaJepangIndiaIndonesia dan Asia Tengah. *diambil dari wikipedia, search: museum nasional korsel :D*
Ketika Sehun dan Suho menaiki lantai dua yang terdapat kaligrafi dan berbagai jenis lukisan klasik. Bulu kuduk Sehun mulai berdiri. Sedangkan Suho? Ia tenang-tenang saja, bahkan ia sibuk mengambil gambar lukisan-lukisan yang terpampang cetar membahana(?) di dinding yang dominasi warna putih. Ketika Sehun sedang menunggu Suho mengambil sudut pandang untuk kamera ponselnya, ia hanya terdiam mematung jauh dibelakang Suho. “Hey! Sehunna kau kenapa berdiri disitu? Kemarilah!” Sehun hanya menunduk tidak berani menatap Suho. “Ya!! Kenapa kau diam?” “ah, tidak apa-apa kok hyung. Lanjutkan saja!” Suho mendekat kearah Sehun dan ia pun menggaet Sehun paksa mendekat kelukisan seorang wanita yang akan Suho abadikan gambarnya.
Sehun masih menunduk menatap lantai. “Sehun? Are you ok?” Sehun hanya mengangguk. Suho ahkirnya berhasil mendapatkan sudut pandang yang pas dan mengambil gambar lukisan tersebut. Ia beralih ke lukisan diseberangnya. Lukisan klasik yang Suho dan Sehun pun tidak tahu apa arti dan maknanya. Rumit pikir mereka. Bulu kuduk Sehun kembali berdiri dan tubuhnya mengucurkan keringat dingin hebat. Kali ini ada yang menyentuh pundaknya. Padahal ia tahu dibelakangnya tidak ada siapa-siapa. Suho yang masih sibuk dengan aksinya tidak memperdulikan Sehun. Dikeluarkannyalah ponsel bermerek apel yang tengah dimakan setengahnya dan ia melihat pantulan seorang wanita tinggi mengenakan pakaian serba putih dibelakangnya. “Ma.. mau apa di.. dia?” batinnya takut. “Kenapa ia tak juga menyingkir, aku kan risih!” ia tak sengaja menghentakkan kakinya.

“Suho hyung.. bisakah kita pulang sekarang juga?” Sehun tampak tak bergerak dari tempat berdirinya. “Kenapa? Kau sakit ya?” Suho meraba-raba wajah Sehun. “Ti.. tidak hyung. Aku hanya ingin pulang” Sehun menepis tangan Suho dengan halus. “waeyo?” Sehun dengan cepat menggeret Suho menjauhi lukisan sedikit abstrak tadi. “A.. aku.. aku..” “aku apa?” “aku melihatnya!” “melihat apa?” “i.. itu.. i.. itu.. wa.. wanita” telunjuk kiri Sehun menunjuk kearah dimana ia berdiri tadi. “Tidak ada siapa-siapa disana Sehun-ah. Jangan buatku parno sendiri. Jangan bercanda!” “aku tidak bercanda hyung, ini serius!” Sehun sedikit berbisik keras. “Memang kau melihat apa?” “wanita itu.. wanita itu.. selalu me.. mengikutiku se.. setiap aku kemari” “are you serious?” Sehun hanya mengangkuk pelan dan ia memberanikan diri menoleh dan melihat secara detail wanita yang mengikutinya.

“Wanita itu, memakai gaun serba putih, berambut panjang, kuku-kukunya yang tajam. Dengan tinggi menjulang, matanya merah padam dan memiliki senyum licik yang khas. Kedua sisi bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman yang memperlihatkan gigi-gigi runcing. Tapi, tarikan bibirnya hingga sampai ke ujung sisi-sisi matanya. Bibirnya sobek, darah yang mengalir segar dari sudut bibirnya kini menetes dilantai. Dan ia mulai berjalan mendekat kearah kita” mereka berdua berpandangan dan.. “LARIIII!!!!” teriaknya histeris.


1st floor of National Museum

“Huh.. huh.. huh..” duo SS alias Suho dan Sehun terengah-engah karena lari dari kejaran maut wanita mengerikan tadi. Mereka sedang mencoba menormalkan nafas yang memburu. Tapi, untuk kedua kalinya Sehun merasakan hawa panas dingin. “Aish, apa lagi ini?” seseorang tengah berdiri di balik artefak paleolitikum kuno yang terpampang disitu. “Suho hyung..” Sehun lagi-lagi menghela nafas berat dan mengalihkan pandangannya pada Suho. “A.. apa huh.. huh.. ada.. apa?” Suho masih sesenggukan mengambil napas. “Lelaki itu lagi” “lelaki siapa? Dan ada apa lagi?” “dibalik artefak kuno itu” Sehun kembali menggigil ketakutan. “Kenapa lagi? Jangan bilang kita akan lari lagi?” “sebaiknya begitu” “sebentar aku masih capek” “di.. di.. dia” “kenapa? Deskripsikan. Jika mengerikan wajahnya, kita lari lagi. Jika tidak, kita juga lari saja” “dia hanya lelaki biasa..” Suho menghela napas lega. “Tapi badannya tergantung dengan tali tambaga dari atas atap sana” “a.. apa? Di.. dia gantung diri?” “iya. Darahnya bercucuran dari leher dan lidahnya menjulur panjang.” Mereka lagi-lagi bertatapan dan ahkirnya, “baiklah.. kita.. LARII!!!!” Sehun dan Suho kembali melangkahkan kaki mereka dengan cepat hingga keluar museum. “Ia kenapa?” tanya salah satu petugas ketika melihat anak-anak tersebut berlarian. Petugas yang satunya hanya menggeleng tidak tahu.

Hyung.. lebih baik aku pulang sekarang! Aku masih shock! Dan jangan lupa lakukan saranku tadi! Fighting!” Sehun masih menumpukan kedua tangannya di kedua lutut dan berlangsung pergi. “Bye hyung~” “terimakasih ya sudah mau lari-lari bersama denganku dan atas saranmu!” teriak Suho dari jarak beberapa meter dan Sehun merespon dengan mengangkat ibu jari tangan kanannya ke udara.


At Their-Suho&Kai- House

Suho menapakkan kaki dirumahnya. Ia hanya mendengar suara televisi yang dibiarkan menyala. “Jangan-jangan tv itu menyala sejak aku pergi meninggalkan tadi?” pikirnya. Segera ia melangkahkan kaki dan akan meraih remote tv. Tapi keadaan semakin aneh. Tiba-tiba, “pip...” televisi tersebut padam seketika. Padahal remote tv-nya masih dalam jarak jangkauannya. “Ke.. kenapa aku merasa horror sendiri? Jangan.. jangan..” pikirannya mulai kacau gara-gara Sehun tadi. “Aishh.. pasti gara-gara bocah satu itu” Sehun yang dimaksudkan Suho.

Sebelum ia melangkah lebih jauh ke kamarnya, ia ingin melihat keadaan Kai. Mengapa ia sangat dingin terhadap kakaknya. Ia berjalan mendekat tepat didepan pintu kamar Kai, yang bertuliskan “don’t disturb me *lambang rolling stone*” “hahaha.. selalu saja” Suho tersenyum kecil melihat jika ia dulu sering sekali mengganggu Kai saat ia sedang berada didalam kamar.
Di raihnyalah gagang pintu berwarna putih transparan alias yang terbuat dari kaca tersebut. Didorongnya pelan.

“Cklek..”

Hening. Itu yang dirasakan. Tak ada seorang pun disana. “Apa mungkin Kai sedang ada di kamarku?” biasanya jika Kai sedang malas atau bosan, ia selalu naik keatas dan berjalan kekamar kakaknya. Menurutnya, kamar Suho adalah kamar yang perfect. Kamarnya rapih, bersih, memiliki banyak lukisan apik kakaknya, didominasi warna-warna kalem, nyaman ditempati, ada AC, TV flat 3D pula, PS milik Kai yang disita orang tuanya dan camera SLR ca*on keluaran terbaru serta lego milik kakaknya yang sudah tiada, yang disebelahnya diletakkan guci berisi abu dari tubuh kakaknya dulu yang dibakar.

“Cklek..”

Suara pintu yang sama. Benar apa katanya, ia menemukan Kai sedang tertidur dengan kedua tangannya sebagai tumpuan di meja kerja milik Suho. “K.. Kai” panggil Suho ragu. “...” masih belum ada jawaban. Mungkin ia tidak dengar. Suho memberanikan diri untuk mendekatinya. Ia ingin sekali memegang pundak Kai, tapi diurungkannya niatnya dan ia ingat saran dari Sehun tadi.
“Baiklah Kai, dengarkan aku ya. Aku tidak tahu salahku apa, aku tidak tahu mengapa kau ahkir-ahkir ini mendiamkan dan bersikap dingin padaku. Maaf, bila aku memiliki salah yang besar padamu, sekali lagi ma..” “hyung.. mengapa kau meninggalkanku?” Kai bangun dan menyela pembicaraannya. Tapi, pandangannya masih menatap kosong tembok putih di hadapannya. “A.. aku tidak meninggalkan mu Kai. Aku selalu bersamamu hingga kini.” “hyung.. kau berbohong! Kau meninggalkanku!” “K.. kai.. a.. aku..” Suho ingin mendekat kearah Kai. Namun Kai mencegahnya. “Jangan mendekat hyung! Kau tahu aku memiliki sixth sense sama seperti Sehun?” Suho hanya mengangguk. “Dan ini..” Kai mengangkat kalung yang mereka miliki sekeluarga. Kalung inisial nama masing-masing. “Hah? Ke.. kenapa?” Suho meraba-raba dadanya dan ia tidak sadar bahwa ia tidak memakai kalung keluarganya. Kai berbalik dan menatap Suho tajam. “Ke.. kenapa menatapku seperti itu?” “maaf hyung, gara-gara aku kau jadi begini” Kai menunduk dan tak sadar butiran kristal putih dari sudut matanya membasahi celana jeans yang ia kenakan. “Maaf untuk kejadian apa?” Suho nampak bingung. “Kecelakaan waktu itu, aku menyuruhmu datang cepat dan lihat, guci emas disebelah guci perak milik Lay hyung yang sudah meningalkan kita lebih dahulu. Itu adalah milikmu dan bekas bakaran tubuhmu ada didalamnya” “ma.. maksudmu?” Suho mulai ketakutan. “Kau.. sudah meninggalkan kami selamanya dan berpulang kerumah Bapa Yang Maha Kuasa. Bye hyung~ untuk selamanya” “K.. kai.. ja.. jadi aku su.. sudah ma.. mati?” Kai menatap Suho. Tergambar dari tatapannya ada rasa haru dan takut. Iya mengangguk. Kai kemudian terjatuh dari kursinya dan tersungkur di depan Suho. Ia menangis sekencang-kencangnya. “Hyung..!! kau.. kau tega sekali meninggalkan kami!! Hyung!! Aku, kami merindukan sosokmu dirumah.. dirumah ini hyung!!” ia tersedu-sedu.


At japanesse resto

Sehun-pun hanya menggindikkan bahunya. Waktu dua jam mereka habiskan dengan canda tawa dan makan. Yah, walaupun orang-orang disekitarnya merasa aneh dengan mereka. Salah seorang pelayan bertanya pada penjaga kasir disebelahnya. “Hei! Lelaki yang tadi dipanggil Sehun itu sedang berbicara dengan siapa?” “aku juga tidak tahu. Dia tampan tapi sedikit gila. Berbicara dan tertawa sendiri.” Pungkas penjaga kasir


At National Museum

“Ia kenapa?” tanya salah satu petugas ketika melihat anak-anak tersebut berlarian. Petugas yang satunya hanya menggeleng tidak tahu. “Ia juga sedang berlari dengan siapa? Apakah lelaki itu gila?” tunjuk petugas tadi pada Sehun. “Molla~” jawab petugas satunya.


Back to Their House

“Kai, ayo kita pindah nak. Ayah tidak tega melihatmu sendiri tanpa hyung-mu dan selalu sedih seperti ini” Kris, ayah dari Suho dan Kai memasuki kamar Suho dan merangkul anaknya tersebut. “A.. ayah.. can you see me?” Suho meneteskan air mata dan berusaha untuk meraih ayah yang ia cintai. Kai dan Kris kemudian berbalik. “Selamat tinggal anak-ku” “selamat tinggal Lay hyung dan pasti Suho hyung” senyum haru merekah diwajah keduanya.


END

Huaaa.. gimana ff nya? Gaje? Absurd? Ato malah alayy? Okelah.. saran, kritik dan komentar nya ya bokk soalnya aye baru nih .... kata-kata alias nasihat sehun untuk suho tadi itu juga ada di film hollywood tersebut yang berjudul jeng..jeng..jeng..jeng.. sixth sense. Ehehee.. dan maap kalo banyak salah. cerita tersebut hanya fiktif belaka, hanya akting dan menggunakan bahan-bahan lunak(?) *berasa OVJ aja* terimakasihhh.. annyeong.. muwahh :*






 


Sabtu, 06 Juli 2013

FAITHFUL exo fanfiction chapter 5



Title: Faithful
Author: EunikeM (@eunike_keke0708)
Cast: Exo-K Chanyeol, F(x) Luna, Exo-M Kris
Support cast: F(x) Krystal, F(x) Sulli, Exo-M Lay and.. find it!
Genre: Romance, Frindship, comedy (?) marriage
Rating: Teen
Lenght: Chaptered

Hoey..Hoeyy *lambai-lambai* ada yang kangen saya? Pasti ada.. wkwkwk #plak. Okehh ini memasuki semester lima*emangnya hamilan tor?* hahahah semoga kalian tambah suka dan harus suka banget wkwkwk walau guwehh rada maksa yee :p oyahh.. jangan lupa comment, kritik, saran dan terimakasih behuddd sama mimin yg udah nerbitin ni epep dan maap kalo banyak typooo :* #ciumjauhhh

Ponsel yang ia letakkan diatas tasnya bergetar beberapa kali. Untung saja getarannya keras.  Jadi, membuat gendangnya tersentuh. Reflek, tangan kanan Luna mengambil ponselnya dan ia melihat sebuah nama terpampang dilayar ponsel. “Haish, orang ini lagi.” Dengan malas, ia mengangkat telepon tersebut.

“Aih,  yoboseyo? Ada apa telepon malam-malam?” “kenapa jawabanmu seperti itu?” sesal seseorang diseberang sana. “Sudahlah, mau bicara apa? Ayah dan ibu sedari tadi mencarimu. Cepat pulang! Ppaliwaaaa!” teriakan Luna menggema diseluruh ruangan kamarnya. “Ouhh..ouh.. tahan amarahmu beauti..uhhuk..ful noona.” “Jangan, pernah, panggil, aku, dengan, sebutan, noonaaaaa!” Luna kembali berteriak sambil memberi penekanan pada seluruh kata yang ia ucapkan. “Kau kan memang lebih tua dariku” “kau sama saja seperti Kris” “siapa?” “Kris” jawab Luna dingin. “Oh, siapa?” lelaki itu semakin menggoda Luna, hingga ia kini naik darah. “Layyyy!!! Kau! I hate you and i never ever ever forgive you when you disturb meeee!!!” untuk ketiga kalinya teriakan Luna menggema diseluruh ruang kamarnya. Hingga seseorang wanita paruh baya memperingatinya dari lantai bawah.

“Luna! ini sudah malam, jangan berteriak!” terdengar suara wanita yang tidak lain ialah ibunya sendiri. Sedang enak-enaknya ibu bersama ayah mengenang masa muda mereka dengan menonton video pernikahannya di LED TV yang terpampang lebar sebesar sembilan puluh inchi di ruang tamu. Luna tak menghiraukan sedikitpun teguran ibunya. Ia masih kesal dengan adiknya Lay, yang ahkir-ahkir ini selalu pulang malam dan mencari keributan dengannya.

Lay yang berada entah dimana, tertawa terbahak-bahak setelah kesekian kali ia berhasil menggoda kakak tercintanya. “Kenapa kau tertawa? Adakah yang lucu, ha?” sahut Luna menantang. “Ampun-ampun kak, i’m just kidding baby~” “terserah kau saja, cepat pulang! Ayah dan ibu khawatir denganmu” “baiklah~ kalau kau? Kakak khawatir tidak pada Lay?” “cihh! Sudi kali aku khawatir denganmu” “kakak jahat!” nadanya terdengar seperti Lay sedang melakukan aegyo-nya yang ia anggap paling imut diantara yang lain. “Baiklah, aku akan pulang sekarang” “cepat!” segera Luna menekan gambar gagang telepon berwarna merah di layar ponselnya. Ia melempar ponselnya kasar kearah yang tidak ia ketahui.

Tiba-tiba, terdengar suara “Braakk!!” segera Luna menolehkan kepalanya kearah sumber suara. “Aaaa! Ponselku!” untuk yang keempat kalinya, gadis berusia 22 tahun ini ketagihan untuk berteriak. “Lunaaaa!! Kecilkan suaramu!” Bergantilah sang ayah yang menuai protesnya. “Haihhh, ayah dan ibu ini berisik sekali, sedang apa mereka? Tapi, aduhhhh.. ponsel cantikku” Luna buru-buru mengambil ponsel berwarna putih dan terdapat lambang yang sama seperti lambang di leptopnya. Untung saja ia memakaikan ponselnya hard case dan tidak terdapat cidera yang serius(?). “Untungnya kau tidak apa cantik” ia mengelus-elus bagian belakang ponselnya dan kini menciumnya.

Tiba-tiba, dari arah sebelah kiri terdengar suara seperti batu-batu kecil dilempar dan mengenai kaca jendela. “Tukk! Tukk!” Luna panik dan segera ia menutupi wajahnya dengan selimut. “A..apa itu ta..tadi?” “tukk! Tukk!” kembali suara lemparan batu kecil tersebut mengganggu pendengarannya. “Hiyaaa! Suara apa itu?” kali ini tidak hanya wajahnya yang ditutupi selimut, bahkan tubuhnya bersembunyi dibalik selimut. Beberapa detik kemudian, ponsel Luna berdering dengan lagu boyband favoritenya, EXO, wolf.

Geurae Wolf, naega Wolf, Awoo~
Ah, saranghaeyo!
 Nan neukdego, neon minyeo
Geurae Wolf, naega Wolf, Awoo~
Ah, saranghaeyo!
Nan neukdego, neon minyeo

Begitu terdengar lirik, “Awoo~” yang terasa seperti suara serigala betulan, ia kembali melemparkan ponselnya kearah lantai. Baru beberapa menit setelah itu ia sadar akan perbuatan bodohnya dan segera memungutnya kembali. Untung, orang entah siapa itu belum mematikan panggilannya. Segera, diangkatnya dan menempelkan ponsel tersebut ke atas daun telinga kirinya. “Halo, ini siapa ya?” “aduh.. kakak, aku adikmu. Masak kau tak mengenalku?” “oh, sorry! Aku tak melihat namamu di layar ponsel. Why?” “aku diluar kak” “hah? Diluar? Diluar mana?” “aku yang sedari tadi melempari kacamu dengan batu kerikil” “hah?” Luna beranjak dari duduk bersila diatas kasurnya dan melihat kearah jendela yang tadi sedikit menyebabkan polusi suara. Dibukanya tirai jendelanya dan ia melihat kebawah. Terlihat sebuah penampakan lelaki berperawakan sedikit tinggi mengenakan kaus putih, celana jeans hitam dan sepatu converse berwarna coklat. Tapi, ia berdiri membelakangi dimana Luna sedang melihat kearahnya. “Aku tidak melihatmu” “aku tepat diluar didepan kamarmu kak” “tapi, aku hanya melihat lelaki yang rambutnya sedikit acak-acakkan dan ia memakai kaus berwarna putih dan...” “yaaa!! Itu aku kakak!” tiba-tiba Lay berbalik arah sambil berteriak karena kesal dengan kakaknya yang pintar pintar tapi juga sedikit.. emmm, lambat berpikirnya. 

            “Oh, ya maaf” Luna hanya bisa cengar sana cengir sini dan ia segera keluar kamar, menuruni tangga, lalu membukakan pintu rumah. Karena, orangtua mereka sudah tertidur sedangkan jika Lay membangunkan ayah dan ibunya, pasti ia kena marah untuk yang ke lima kalinya. “Kenapa kau pulang semalam ini lagi?” “memangnya ini malam ya kak?” Luna heran akan pertanyaan Lay dan ia hanya bisa memiringkan kepalanya. “Bukannya masih jam sepuluh?” “siapa bilang? Lihat saja jam dinidng itu” Lay menunjuk jam dinding yang dipaku diatas lemari es. Benar saja, jarum panjangnya menunjuk ke angka enam dan jarum pendeknya menunjuk ke tengah-tengan antara angka dua belas dan satu. “Hah? Setengah satu pa..” Lay segeramembungkam mulut Luna. Penyakitnya “berteriak” mulai kambuh lagi. “Sssttt.. kakak ini sudah pagi. Nanti orangtua kita marah” Luna segera melepaskan sekapan Lay, sungguh keterlaluan sekali adiknya ini, tidak hanya membungkam mulut, hidung dan matanyapun ikut dibungkam. “Lay! Aku tidak bisa bernafas!” Luna berteriak dalam diam dan adiknya pun hanya tersenyum sambil memperlihatkan gigi-gigi putihnya. “Yasudah! Cepat ganti bajumu, cuci muka, sikat gigi, masuk dalam kamar, jangan lupa berdoa sebelum tidur, lalu tidur dan memimpikan aku, oke?” “kak, kau seperti ibu-ibu yang cerewet. Ibu kita saja tidak secerewet kau!” “apa katamu?” Lay tiba-tiba menerobos badan Luna dan segera berlari masuk kekamarnya hendak menghindari amukan kakaknya. “Lay!!!!!” dari pada Luna berteriak yang membuat seisi rumah bangun, teriakan tersebut hanya ia batin dalam hati sambil mengepalkan tangannya.

---***---

            Noona, bangun noona” suara yang begitu lembut menyentuh daun telinga Luna, “euhhh..” ia kini hanya menggeliat diatas tempat tidurnya dan beralih pandangan menatap seseorang yang ada dihadapannya. “Noona bangun..” suara itu kini semakin mendayu-dayu masuk ke telinga Luna. Tapi apa daya? Sang putri kini telah tertidur bahkan makin pulas. Ahkirnya,  jurus jitu nan ampuh dilayangkan oleh seseorang yang suaranya mendayu-dayu tadi. “Chu~” sebuah kecupan lembut mendarat di atas permukaan pipi Luna yang putih mulus. Wanita yang tadi sedang berbaring tidur, kini ia menyadari ada sesuatu yang barusan menempel pada pipinya. “Lembut” pikirnya. Benda yang tak asing lagi banginya, hingga ia mengerjap-kerjapkan mata, merada pipi kanannya dan, “hyaaa!!! Lay! Kau mencium ku, ha?” Luna bangkit dan sekarang posisinya duduk diatas ranjang sambil berteriak shock karena kecupan tadi. “Sstt.... habisnya kakak tidak juga bangun” Lay hanya bisa tersenyum penuh kepuasan kini. Hal yang ia damba-dambakan terwujud. Membuat kakaknya terbangun dengan satu kecupan maut andalannya. Lay kini tertawa puas melihat reaksi kakaknya, Luna. “Lay! K..kau! Ah, awas kau! Lagi-lagi tak akan ku maafkan!” adiknya kini hanya bisa menjulurkan lidah dan tiba-tiba membungkam mulut Luna. “Kak, jangan teriak-teriak lagi. Ada tamu dibawah” segera Luna melepas kedua tangan adiknya dari acara tindih menindih mulutnya. “Hah? Tamu? Siapa?” “lihat saja dibawah” “ah, kau ini buatku penasaran saja” tatapan mata Lay seakan berbicara, lihat-saja-sendiri.

            Dari kamarnya, Luna mendengar suara berat dua orang pria yang mungkin ia kenal. Dengan gusar, ia turun melalui tangga dengan hanya mengenakan hot pants putih dan tanktop berwarna merah, sedikit seksi dan vulgar memang untuk menemui dua orang yang mengunjungi rumahnya kali ini. “Lu..Luna?” seseorang memiliki keperawakan tinggi yang tengah terduduk diruang tamu bersama kedua orangtua Luna terkejut dengan pakaian yang dikenakan wanita ini. Beberapa detik kemudian, seluruh manusia yang terdapat diruang tamu rumahnya kini, menatap Luna dengan tatapan, Luna-pakaian mu?

            “Ah, maaf. Ayah, ibu dan...” ia menghentikan kalimatnya sambil mengamati dua orang tamu dihadapannya. Ya! Kedua manusia yang ia benci di kampusnya. “Maaf, Wu seonsaengnim dan.. Kris.” “Astaga, ada apa mereka kemari dan..” Luna melihat pakaian yang ia kenakan dan segera ia berlari masuk kedalam kamarnya. Menanggung malu setengah mati. Seksi sekali dia untuk berhadapan dengan tamu semacam mereka. Kini, tak bisa dipungkiri, pipinya merah merona karena malu.

---***---

            Singkat cerita, Luna kini tengah berada dihimpitan orang tuanya dan Lay berada disebelah kirinya. Dihadapannya terpampang dua namja yang duduk tegap dengan keperawakan yang sedikit.. em, hampir mirip dengan angry bird#plak. “Ada perlu apa bu mereka berdua datang kemari?” Luna berbisik pada ibunya sambil sesekali melirik kearah Kris dan ayahnya. “Nanti pasti kau juga akan tahu” “ah ibu!” Luna berdecak kesal. Sedangkan Lay hanya cengar cengir, sepertinya ia tahu apa yang membuat dosennya dan kakak tingkatnya datang kemari. “Jangan tertawa!” pekik Luna ditelinga Lay. “Aku kan tidak tertawa, hanya memperlihatkan semburat senyum kemenangan” “Lay!!!” teriak Luna dalam diam sambil kaki kirinya menginjak kedua kaki adiknya dan, “aawww!” teriak Lay kencang. “Ada apa Lay?” tanya Wu seonsaengnim. “Ah, tidak ada apa-apa seonsaengnim” jawab Luna cepat sambil menyuruh adiknya tidak berteriak lagi.

            “Sebenarnya, kami datang kemari untuk memnuhi persyaratan kami” Wu seonsaengnim memulai. “Persyaratan?” batin Luna bingung. Wu seonsaengnim menceritakannya dari awal hingga ahkir sampai munculnya persyaratan antara ibu dan dirinya. Ceritanya panjang, karena sudah disinggung juga di chapter sebelumnya. “Haa?” “What?” teriak Luna dan Kris bersamaan sambil menatap tajam Wu seonsangnim. “Kris, bukankah impianmu dapat terwujud dengan cara seperti ini?” “A..ayah? tapi, bukan begini caranya, aarghhh” teriak Kris frustasi. “Aku tidak mau!” tegas Luna hingga ia beranjak dari tempat duduknya. “Aku.. aku juga tidak.. em, tidak mau!” tolak Kris ragu-ragu. Padahal, batinnya mengatakan jika ia mau.

            “Oh, ayolah.. ini demi kebaikan ayah kandungmu” “ibu......!!!” Luna semakin depresi dengan hal-hal gila seperti ini. “Toh, jika kalian bersama, akan tumbuh benih-benih cinta dengan sendirinya kan?” kini Ayah “angkat” Luna ikut mengomentari. “Tapi, bukan begini caranya ayah!!” Luna sungguh frustasi kali ini. “Menikah jauh lebih baik kan? Dibanding pacaran yang akan berahkir seperti..” “Lay!!!” teriak Luna dan Kris bersamaan. Belum selesai Lay berbicara, kedua manusia yang hampir menjadi kedua sejoli ini meneriakinya. “Benarkan ayah, ibu, dan Wu seonsaengnim, teriak saja mereka bisa kompak.” “Terserah kau!” Luna menghampiri Lay dan menyentil dahinya, yang disentilnyapun hanya meratapi kesakitannya. Tiba-tiba Kris berdiri dan ia mengambil kunci mobil yang ada disaku jas ayahnya. “Maaf, saya permisi dahulu, ahjumma, ahjussi dan ayah!” ia melirik tajam pada ayahnya sendiri dengan langkahnya yang mantap keluar dari rumah Luna. Ayahnya beserta kedua orangtua Luna hanya bisa menghela nafas berat. Kris tak memikirkan bagaimana nanti ayahnya pulang. Ia rasa, ayahnya sudah gila dan setengah hati ia menolak pernikahan ala sinetron ini dan setengah hatinya lagi, ia menerima.

---***---

            “Kak.. kakak” Lay mengetuk pintu kamar Luna dengan halus. Tidak ada jawaban. “Kak, buka pintunya” Tidak ada jawaban lagi. Lay mulai cemas dan berpikiran yang aneh-aneh. Hingga ahkirnya, tangan kanannya menjalar dan membuka knop pintu kamar Luna dengan pelan. “Krekk” suara decitan yang terdengar sedikit horror mengawali langkah Lay masuk kekamarnya. Dilihatnyalah sekeliling, tak ditemukan sosok yang ia cari. Kini, matanya menangkap pintu kamar mandi dalam  yang terbuka dan memperlihatkan sedikit celah. Ia mengendap-endap dan mulai memperlebar celah pintu tersebut. “Kakak!!” pekik Lay melihat kakaknya yang lemah tak berdaya didalam  bathup dengan cairan merah yang mengambang disana. “Kakak! Kakak! K.. kau” tapi, ia tak mencium bau anyir seperti darah melainkan, “Hyaaa!!! Lay! Kau mengintipku sedang mandi” “m..mandi?” “aku sedang mandi susu strawberry!” “ha? Tapi tadi..” “aku tadi sedang tidur Lay!” sungguh sebuah kecurigaan yang tidak lucu, dari pada ia dikira lelaki hidung belang, Lay segera keluar dan menunggu didalam kamar Luna.

            Kini Luna sudah duduk dengan lutut tepat didepan dadanya, sebuah kebingungan dan kegelisahan menyelimutinya. Lay hanya bisa melihat kakaknya yang menatap lantai dengan kosong. “Noona..” “sssttt.. aku sedang bingung dan tidak ingin berdebat dengan dirimu sekarang” “maaf kak soal yang tadi” Lay tersenyum hingga memperlihatkan gigi-giginya yang putih dan rapi, harapan untuk dapat jalur pintu maaf(?) dari sang kakak. “Aku ingin bertanya padamu!” kini Luna membalikkan tubuhnya sembilan puluh derajat menghadap Lay dan menatapnya lekat. “Tanya apa?” “bagaimana bisa Wu seonsaengnim dan orangtua kita memiliki persyaratan gila seperti itu? Apa karena ia yang menabrak ayah?” “em, itu salah satunya. Tapi, ibu memberitahuku ketika ayah kandung kita masih hidup, ia sering berkunjung kerumah Wu seonsaengnim. Saat itu, ia berteman dekat dengan ayah. Selagi waktu Kris hyung masih berumur dua tahun, ibunya telah meninggal dunia karena entah suatu penyakit. Ayah dibuat kagum oleh Kris hyung karena ketampanannya semenjak masih kecil dan kepintarannya dalam berhitung dikala itu, dan ayah mempunyai mimpi, jika Kris hyung dan kakak ketika sudah dewasa nanti bisa menikah. Sungguh ayah sangat menginginkan itu. Karena menurut ayah, kalian mempunyai banyak sifat yang sama. Begitu kak, sedikit rumit memang dan rasanya seperti sinetron(?)” “sifat yang sama?” “iya, kakak dan dia sama-sama menyukai pelajaran matematika, sama-sama suka makan dan sama-sama, ehem.. pintar” “kau berkata seperti itu tidak ikhlas ya?” kini mulailah perdebatan yang tidak penting disela-sela perbincangan serius mereka. “Iya, iya aku ikhlas, dari pada aku harus berlutut meminta maaf kepada mu.” “Lay. Tapi, hal seperti itu tidak bisa dipaksakan. Aku juga tidak menyukainya. Dia saja yang beruntung nanti jika menikahi aku” “aku memang tahu kak. Tapi apa boleh buat, dari pada kakak bersama Chanyeol hyung yang seenaknya saja, lebih baik bersama Kris hyung yang mau menerima kakak kan?” “setidaknya Chanyeol memikatku” “tapi kenyataannya?” “berahkir dengan tidak apik.” “So... would you marry him?” “aku masih belum...” “demi ayah!” Lay kini beralih menjadi lebih tegas. “Tapi..” “Ya! Noona! Demi ayah kita..” “Ya! Jangan panggil aku noona! Tapi, ba..baiklah aku akan me.. me.. me..” “menikahi dia!” Lay melanjutkan dengan seulas senyum di bibirnya. Luna hanya bisa menghela nafas berat dan mengiyakan mandat yang menurutnya “gila” dari sang ayah. Bisa-bisanya, ia membuat anaknya depresi dengan permainan gila ini. Menikah dengan orang yang tidak kau cintai. Sama seperti di drama Korea berjudul Full House. Tapi bedanya, pihak lelaki yang mencintainya.

---***---

            “Luna.. Luna” seseorang wanita dihadapannya kini sedang melambai-lambaikan telapak tangan kirinya tepat didepan mata Luna. Ahkir-ahkir ini, ia sering sekali melamun dan tidak konsentrasi terhadap skripsinya. “Ah, iya Vic. Sorry” Luna tertawa renyah dan menggaruk tengkuknya. “Kau ini kenapa? Sering sekali melamun?” “aku tidak tahu Vic” “kenapa kau tidak tahu? Kan kau yang merasakan? Apakah karena..” tiba-tiba sesosok pria tinggi bersuara berat datang menghampiri mereka berdua. “Hai Yeollie..” sapa Victoria. “hai.. honey” senyuman keduanya terkembang di wajah masing-masing yang membuat Luna muak. “Cih! Yoellie.. panggilan sungguh tak pantas.” Batin Luna mengerikan. “Oh, Luna. Hai!” sapanya. “Ya, hai juga” jawabku dingin. “Oh iya, Kris titip ini untukmu” ketika Luna ingin mengambil barang yang ada ditangan Chanyeol, ia menariknya kembali dan meneliti setiap sudut benda itu. “Mawar merah? Sejak kapan Kris berani memberimu ini” segera Luna merebutnya dengan kasar dan menatapnya sinis. “Bukan urusanmu kan? Ini baru namanya laki-laki.” Walau di bucket bunga tersebut terdapat kartu ucapan bertuliskan, “ini dari Wu seonsaengnim, bukan dari aku. Kris^^”

            “Maksudmu, ketika aku masih bersamamu, aku harus selalu membeli dan memberimu bunga mawar merah?” “yang pastinya, ia setia kan? Em, tampan, tinggi, keren juga pintar” Victoria berusaha menegahi mereka berdua yang berdeabat dalam dingin. “Ka.. kalian sudahlah” “Vic, aku harus buru-buru. Oya, jaga kekasih mu ya agar tidak mengganggu hidupku lagi. Bye~” “Luna, Kris titip..” “sudah..sudah. Dia tidak senang kau mengganggunya” Victoria menelungkupkan kedua telapak tangannya di kedua pipi Chanyeol yang membuatnya luluh dalam tatapannya yang dalam. “Kau tidak cemburu?” “buat apa cemburu? Aku sudah tahu ceritanya. Kau yang salah Yollie” “kenapa bisa aku?” “kenapa kau tidak bilang, jika kau sudah memiliki aku?” “aku kesepian ketika kau tidak di Seoul” “tapi, caranya bukan seperti itu, Yollie..”*gilee victoria sabar banget* “Baiklah aku yang salah” kini Chanyeol tertunduk kepalanya. “Lalu?” Victoria menunggu jawaban Chanyeol agar ia meminta maaf pada Luna. “Tapi, aku sangat suka mengganggunya. Itu yang membuatku bisa lebih dekat dengannya” “maksudmu, dekat dengan kepintarannya kan?” “i.. iya” “sudahlah, Yollie.. kau ini sudah dewasa. Berpikirlah dewasa juga” “baik, terimakasih ya” keduanya kembali mengulas senyum manisnya masing-masing.

            Luna duduk diatas bangku taman dan bersandar dibawah pohon rindang didekat lapangan basket outdoor kampusnya. Ia memandangi mawar merah pada genggaman tangannya. Wu seonsaengnim sungguh mengerti warna favorit dirinya. Ya! Warna merah seperti ini yang Luna sukai. “Bunga ini.. harum” sambil Luna menempelkan hidungnya, mencium aromanya lekat-lekat dan meneliti setiap inchi bunga mawar merah merona tersebut. “Memang indah, tapi tak sindah..”Luna tak menyelesaikan gumamannya. Ia berpikir ulang untuk memenuhi keinginan “gila” ayahnya dimasa lalu. Kenapa ia harus mendapat “hal” yang seburuk ini? Pikirnya. Di sisi lain,  ia melihat Chanyeol bersama Victoria sedikit membuatnya muak. Tapi, lebih baik Chanyeol ditangani oleh seseorang yang teramat sabar seperti Victoria dari pada dirinya yang selalu menggebu-gebu. Sisi lainnya lagi, ia melihat Kris sebagai pemuda yang yah, memang cool dan pintar. Tapi karena ayahnya, ia malah membenci orang yang tidak menaruh salah padanya. Ia takut, hal-hal seperti ini akan membuatnya down dan lupa dengan skripsinya yang hampir selesai. Bukannya lulus, malah ia harus mengulang lagi. “Jangan sampai hal buruk itu terjadi, Tuhan!” doa Luna dalam hati sambil ia memejamkan mata dan menenangkan pikirannya sejenak.

            Beberapa menit kemudian, seseorang tengah berjalan kearah Luna dengan ragu-ragu dan mengambil jarak beberapa centimeter duduk disebelah Luna. “Em, Lu.. luna” “em..” ia hanya menggumam tanpa bergerak ataupun membuka matanya. “Aku ingin bertanya sesuatu padamu” “tanya saja” “apakah kau menerima tawaran ayahku?” “demi kebaikan ayah kandungku, iya” “oh! Kalau begitu, ayahku ingin kita melangsungkannya dua bulan lagi, tepat setelah kita lulus” tiba-tiba Luna tersendat dan bangun sambil memutar badannya kearah lelaki yang sedari tadi mengajaknya bicara. “Are you serious?” Kris hanya mengangguk pelan. “Aku tidak mau secepat itu” “aku juga” Kris menambahkan. “Bagaimana jika... dua tahun lagi” “ha? Dua tahun?” “kenapa sekarang jadi kau yang terkejut. Bukannya bagus?” “ya.. ya memang bagus. Tapi, ayahku bisa marah besar nanti. Bisa-bisa kita berdua diberi nilai D” “Kris, sudahlah. Lebih baik kita bicarakan ini empat mata saja” “Ok! Baiklah!”

            “Ehem..” dibelakang mereka berdua munculah seseorang berbadan tambun dan berperawakan tinggi mengagetkan mereka berdua. “Ah! Ayah, mengagetkanku saja!” Luna kini bertatapan dengan seorang dosen yang juga memaksanya menikah dengan lelaki disebelahnya tadi, siapa lagi kalau bukan Kris dan yang berdehem tadi adalah Wu seonsaengnim alias ayah dari Kris. “Kris kau pulang bersama Luna. Ayah akan ada rapat antar rektor kampus” “ayah aku ada la..” “kau ini tinggal beberapa miggu lagi ujian! Sudah tidak usah main-main basket lagi! Seperti anak kecil saja!” Luna kini hanya bisa terkikik melihat wajah Kris yang biasanya cool dan membuat beberapa wanita leleh ketika dipandanginya. Kini, rupanya sudah seperti anak ayam yang sedang dimarahi sang induk. “Saya bisa pulang sendiri seonsaengnim” Luna menunduk sembilan puluh derajat di hadapan dosennya kini. “Ah, tidak! Ibumu menitipkan mu padaku. Aku tidak mau calon “menantu” ku kenapa-kenapa, dan sepertinya, ahkir-ahkir ini kalian berdua sering pulang larut malam. Jadi, biar Kris yang menjagamu, ok anak cantik?” “what? Calon menantu?” batin Luna dengan mengerutkan keningnya. “Baik, ayah pergi dahulu” sebelum ia beranjak dari tempat berdirinya, Wu seonsaengnim mengacak-acak rambut Kris dan Luna. “Ayah, rambutku rusak nanti” ia membuat bibirnya berkerucut dan Kris benar-benar terlihat seperti anak kecil kali ini. Luna yang melihat sisi “kelucuan” dari Kris kini tertawa terbahak-bahak sambil menutupi mulut dengan telapak tangan kanannya. “Kris.. Kris, kau ini” “ada apa denganku?” Kris menatap Luna curiga. “Kau lucu sekali, Kris. Jadi, saat kau bersama ayahmu, kau berubah menjadi anak kecil ya? Lihat ekspresi mu tadi” Kris pun ikut tertawa, sungguh indahnya melihat gadis yang satu ini bisa tertawa lepas. “Aku memang lucu, terimakasih” ujarnya percaya diri. “Kris....” Luna beralih ekspresi menjadi datar dan ia beranjak hendak pergi meninggalkan Kris, tapi bukan karena perkatannya barusan. Melainkan adanya kelas sepuluh menit lagi. “Oya, aku ada kelas sepuluh menit lagi, aku keatas dulu, bye~” “Ya, bye~” Jawab Kris sesaat setelah Luna berlalu dari hadapannya, ia hanya bisa senyum-senyum sendiri. Yak! Kesempatan kedua untuk bersama Luna kini datang lagi. “Terimakasih Tuhan..” seakan-akan Kris sedang mendapat rejeki nomplok dari Yang Maha Kuasa.

---***---

            “Krystal!” teriak Luna dari kejauhan, suaranya terpental diantara lorong-lorong kampusnya, bisa dibilang menggema. “Ya?” Krystal berbalik dan berjalan kearah Luna. Segera ia merangkulkan tangan kanannya kepundak Krytal dan ia seperti ingin membisikkan sesuatu. “Krystal, kau tahu sesuatu yang baru dari aku dan Kris, tidak?” “tunggu, sepertinya hari ini Lay ingin menceritakan sesuatu padaku dan Sulli.” “kalian bertiga janjian?” “iya!” “dimana?” “cafe biasa kami bertiga nongkrong” “seberang kampuskah?” “ya! Kakak mau ikut?” “ayo, boleh. Aku penasaran dengan apa yang akan kalian bicarakan” “baik, ayo!” mereka berdua segera berjalan keluar gerbang kampus dengan merangkul satu sama lain.
           
“Kling..”

            Suara bel yang sengaja ditaruh diatas pintu masuk cafe seberang kampus berbunyi, pertanda ada pelanggan yang akan masuk. Krystal dan Luna-lah pelanggan tersebut. Mereka masuk dan matanya menangkap dua anak manusia yang duduk di ujung dekat jendela. Mejanya bertuliskan “reserved.” Sudah seperti orang penting saja, pikir mereka.

---***---

            “Hei kalian!” Krystal menyapa dua kawannya kini. “Ah, ada Luna oenni. Duduk disampingku saja” Sulli dengan seulas senyum mempersilahkan Luna untuk duduk disebelahnya sambil ia menarik kursi yang akan diduduki Luna. “Sulli, biar kakakku duduk disampingku saja” Lay tak mau kalah. Ia pun berlaku seperti Sulli memperlakukan Luna tadi. “Atau disebelahku?” Krystal mulai ikut-ikutan sambil tersenyum jahil dan menepuk-nepuk kursi disebelahnya. “Sudahlah, kalian jadi ribut sendiri. Aku duduk disini saja” seraya Luna tertawa kecil dan ia memilih tempat duduk dihadapan Krystal

            “Jadi, apa yang akan kalian bicarakan?” Luna memulai membuka “forum” tersebut. “Ya, seperti yang kau tahu kak. Kau akan menikah dengan seseorang dalam waktu singkat” “Menikah?” Sulli dan Krystal menengahi bebarengan. “Ssstt... jangan keras-keras!” pinta Luna sambil menahan teriakan mereka berdua. “Jadi, ini yang akan kau bicarakan Lay, kukira apa!” Luna kembali berbicara. “Ini berita hot kak!” “Ya, ya terserah kau!” “oenni, kau akan menikah dengan siapa?” Sulli mendekatkan kepalanya kedepan muka Luna dan berbicara seakan-akan seperti sedang membicarakan strategi untuk perang. “Ya, kalian pasti tahu, siapa lagi jika bukan...” tiba-tiba, bel cafe tersebut berbunyi dan membuat keepat orang yang sedang membangun “forum” kecil-kecilan menoleh kearah suara. Didapatinya seseorang mendekat kearah mereka. Segera, mereka mengehntikan aktifitas bincang-bincang kali ini.

            “Oh! Maaf, ternyata kalian” lelaki ini tertawa renyah karena merasa ia menjadi pusat perhatian keempat manusia ini. “Oya, sudah waktunya aku harus pulang. Bye~” seperti Luna mengerti mengapa orang ini datang kemari dan ia beranjak dari tempat duduk, lalu berpamitan. “Baik, kami berdua pulang dulu” Luna bersama seorang pria ini, berlalu sambil melambaikan tangan. “Bye hyung~ bye oenni~” sisa mereka bertiga, ahkirnya melanjutkan lagi “forum” tersebut. Namun, Krystal dan Sulli hanya mengangguk-angguk, sepertinya mereka tahu jawabannya. ~

TBC

Hollaaaa~ masih TBC heheh tenang...
Oyahhh~~ aku rada bingung nih, saran dong kira2 mpe chapter berapa yaa END-nya
Yang pastinya happy endinglah hehehe :D, thanks for reading.